FWB, Zina, dan Klamidia: Lemahnya Pemahaman Netizen Akan Pendidikan Seksual

Yang lebih penting, pendidikan seksualitas tidak mendorong anak dan remaja melakukan kegiatan seksual berisiko.

Mayoritas literatur menyatakan internet memberikan ruang bagi anak dan remaja dalam mengakses pengetahuan seksualitas yang masih tabu untuk dibicarakan di Indonesia. Masalahnya, tidak semua citra dan informasi seksualitas di internet dapat dikategorikan sebagai pendidikan seksualitas.

Dalam analisis data percakapan yang saya lakukan, saya mengamati sebuah obrolan antara influencer dalam video Voox sebagai berikut:

Tanya: “Apa sih alasan kalian mau ONS-an (one night stand, atau hubungan seks semalam)? Karena fisik atau sebatas mabok terus sange?”

Jawab: “Ya sange aja sih sebenernya – efek alkohol gitu kan, bikin gerah.”

Mengacu pada pendidikan seksualitas komprehensif, alih-alih memberikan pemahaman terkait keamanan personal dalam hubungan seks, percakapan di atas justru menggambarkan praktik seksual yang bisa jadi tidak melibatkan persetujuan karena dilakukan di bawah pengaruh alkohol.

Konten tersebut sekaligus memperlihatkan tidak semua orang yang membuat konten seksualitas di internet punya kapasitas menyampaikan pendidikan seksual secara tepat.

Meski demikian, ada juga beberapa komentar yang menggambarkan adanya kesadaran maupun permintaan akan pendidikan kesehatan seksualitas dan reproduksi yang layak, seperti dalam cuitan berikut:

Riset saya juga menemukan bahwa internet masih menjadi tempat munculnya perdebatan yang justru mempersulit pelaksanaan program pendidikan seksualitas di Indonesia.

Narasi tentang zina, neraka, dosa, dan aib menggambarkan bagaimana standar moralitas ideal berbasis agama masih kental digunakan untuk mencegah remaja melakukan praktik seks pra-nikah.

Simak dua komentar netizen di Instagram dan Youtube terkait salah satu konten Voox:

“Jaga hasrat sblm nikah makannya jangan pacaran lgsg nikah biar ga nambah dosa” – komentar di Youtube terkait salah satu konten Voox.

“Ya ga bisa dilarang sih tiap2 orang maunya apa gitu. Nikmati hidup ala surga di dunia, tapi siap-siap dengan neraka di akhirat. Itu aja sih dari gua” – komentar di Instagram terkait salah satu konten Voox.

Langgengnya narasi ini berpotensi meminggirkan pengetahuan penting tentang kesehatan seksual dan reproduksi – dari ketimpangan kuasa yang dapat memunculkan kekerasan seksual hingga risiko IMS.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: