Fotografer Jalanan (Perang) Profesi Langka di Zaman Satu Klik Ok yang Tak Dimiliki oleh Semua Orang

Profesi yang semakin langka di zaman sekali klik langsung oke ini adalah profesi yang tidak dimiliki oleh semua orang, adalah profesi fotografer jalanan atau profesi fotografer perang yang merupakan profesi sangat langka nyaris mau punah ditelan perkembangan zaman

Di sekujur badannya yang tambun dijejali sejumlah kamera — peralatan yang siap mengabadikan momen yang menurutnya layak dipotret pastinya.

Meski berbadan tambun, gerakan tubuh yang tetiba harus memutar, melangkah berlari mengejar obyek berada di hadapannya, menengok memutar kepala memandang obyek membidik langsung eksekusi mengambil foto terbaik di jalana.

Banyaknya body kamera SLR bergelantungan di badannya tentu lengkap dengan lensanya.

Hal tersebut agar supaya tak perlu lagi menggonta-ganti lensa — karena gonta-ganti lensa disetiap body kamera SLR butuh waktu sehingga momen peristiwa bisa tak terabadikan — alias lewat begitu saja — alhasil mubazir.

Momen bagi seorang fotografer piawai adalah waktu yang sangat berharga, oleh sebab itu kamera harus dalam keadaan siap ready merekam peristiwa — setiap momen kejadian yang ditemui layak untuk di abadikan.

Fotografer / Videomaker dan Karya jurnalistik

Yang menentukan karya foto jurnalistik sesungguhnya bukan dari kameranya sebagai penentu, melainkan si pemotretnya, oleh sebab itu ada istilah dikalangan para fotografer jurnalistik, Man Behind The Gun.

Di era foto digital, pekerjaan memotret begitu dipermudah, terlebih lagi adanya Artificial Intelegence (AI), bahwa ini adalah zaman 5G, zaman internet online, zaman transaksi online, zaman sekali klik langsung Ok, sehingga bagi yang menggeluti profesi ini dihadapkan dengan sedemikian banyak tantangan yang kian semakin mengerikan bahkan menakutkan.

Boleh jadi profesi sebagai fotografer semakin kian tersingkirkan, karena saat ini setiap orang bisa dengan mudah membuat karya foto.

Namun ada yang membuat profesi sebagai fotografer tak bisa tergantikan adalah roh nya, artinya, bahwa sesungguhnya kamera adalah cuma alat — manusialah sesungguhnya sebagai penentu.

Foto merupakan bagian dari seni (art) maka selain butuh keahlian, juga selera seni setiap insan manusia berbeda-beda, begitu pun nilai-nilai estetika, bahwasanya sebuah karya fotografi jurnalistik itu tidak hanya berupa gambar semata.

Kekuatan sebuah karya foto jurnalistik bukan hanya bicara komposisi warna ataupun sudut pengambilan (angle) saja, ada faktor-faktor pendukung lainnya yang dikatakan faktor X berkaitan dengan objek dalam menghasilkan sebuah karya foto jurnalistik.

Antara lain momen obyek foto maupun faktor X lain-lainnya yang terintegrasi menjadi satu kesatuan yang menimbulkan kesan kuat hingga orang yang melihatnya mengakui bahwa karya foto jurnalistiknya aktual terpercaya tak terbantahkan lagi — apa yang mau disampaikan terintegrasi sesuai dengan waktu dan tempat maupun obyeknya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: