“Bencana Urusan Bersama”

Oleh : Egy Massadiah

Penulis : Wartawan senior dan anggota Teater Mandiri Putu Wijaya

Lima ekor merpati putih di lepaskan ke udara disusul tabuhan instrumen khas Aceh Rapai menandai peluncuran Program KATANA yang digagas Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Kepala BNPB Doni Monardo pun menggumamkan terwujudnya hasil konkret program keluarga tangguh bencana. Keluarga adalah kelompok terkecil yang paling rentan terdera karena bencana.

“Seandainya saja warga Aceh mengetahui dan memahami risiko serta bagaimana mereka merespon ketika itu, korban tidak akan banyak seperti saat itu,” ujar Doni.

Oleh karenanya, urusan bencana tidak bisa dibebankan pada satu unsur saja. “Bencana adalah urusan bersama,” ujar Doni. Nah karena Bencana Menjadi Urusan Bersama Doni memberikan atensi yang sangat serius pada program KATANA.

PLT Gubernur Nangroe Aceh Darussalam, Nova Iriansyah yang pagi pagi sudah muncul menemani minum kopi khas Aceh mengaminkan pernyataan Doni. Di tepi pantai, dengan pemandangan yang sangat elok Doni kemudian menyerahkan setumpuk buku Katalog Bencana, yang berisi aneka ancaman bencana di tanah air, sebagai bahan edukasi kepada seluruh masyarakat.

Keberadaan Kepala BNPB Letjen Doni Monardo yang dua malam tidur di tenda biru BNPB, di tepi pantai Pasie Jantang Aceh Besar, juga menyelipkan sebuah pesan penting bagi masyarakat di seluruh Indonesia, bahkan dunia, bahwa Aceh sangat aman.

Kehadiran Doni di tengah-tengah masyarakat juga menunjukkan satunya kata dan perbuatan sebagai seorang prajurit Sapta Marga.

Dalam banyak kesempatan, Doni acap menyitir filosofi terkenal dari Lao Tze (570 SM): “Temuilah rakyatmu. Hiduplah bersama mereka, mulai dari apa yang ada”. “Dengan begini, kita bisa merasakan betul denyut nadi rakyat. Dalam konteks program Katana, kita menjadi tahu seberapa paham rakyat, khsusnya rakyat Aceh terhadap potensi bencana gempa dan tsunami,” ujar mantan Danjen Kopassus itu.

Malam pertama, Jumat (6/12) tinggal di kemah tepi pantai Pasie Jantang, serombongan sahabat lama pun datang, yang mungkin di masa lalu mereka ini tak sejalan dengan NKRI.

Mereka duduk di atas terpal di pinggir pantai sambil reuni. Melupakan konflik masa lalu, dan berbicara tentang masa kini dan masa depan.

“Sudah tidak pada tempatnya kita bicara masa lalu. Kalau yang lalu kita berperang dengan senjata, maka perang sekarang adalah perang ekonomi. Perang dagang. Perang memperebutkan peluang dan kesempatan untuk hidup lebih sejahtera,” kata Doni kepada “kenalan masa lalunya” yang sekarang begitu akrab laksana saudara-kandung.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: