Awas, Pengumpulan Massa Disusupi Pelaku Teroris!

EDITOR,ID, Jakarta,- Indonesian Police Watch (IPW) mengungkap simpatisan ormas yang sering melakukan kerumunan massa pernah ada yang terlibat dalam jaringan aksi terorisme yang kini tengah dipantau.

Ketua Presidium Indonesian Police Watch Neta S Pane menjelaskan bahwa dari data penangkapan jaringan teroris yang dihimpun IPW, pada tahun 2017 jumlah mereka yang ditangkap Polri mencapai 37 orang dari berbagai daerah, mulai dari Aceh, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, dll.

“Beberapa di antaranya sempat ditahan di Nusa Kambangan, Gunung Sindur Bogor dan LP lainnya,” sebut Neta. S Pane dalam keterangan tertulisnya kepada EDITOR.ID, Selasa (24/11/2020).

Namun kini, lanjut Neta, mereka sudah bebas dan tidak terlacak keberadaannya. “Keterlibatan mereka dalam aksi terorisme mulai dari menyembunyikan buronan terorisme hingga melakukan aksi teror itu sendiri,” tuturnya.

Neta mengingatkan pihak kepolisian, terutama jajaran intelijen, Densus 88, dan BNPT perlu mewaspadai akan munculnya aksi terorisme di Indonesia.

“Sebab dengan maraknya aksi kerumunan massa dan meluasnya gerakan intoleransi akhir akhir ini telah membuat kalangan radikal dan jaringan terorisme seakan mendapat angin untuk beraksi, terutama saat menjelang akhir tahun,” papar Neta.

“Di khawatirkan dengan meluasnya aksi-aksi kerumunan massa dan gerakan intoleransi belakangan ini mereka kembali bermanuver dan melakukan aksi teror,” imbuh Neta.

Saat ini jumlah narapidana terorisme yang tersebar di sejumlah lembaga pemasyarakat lebih dari 500 orang.

“Napi terorisme yang sudah bebas dan selesai menjalani hukuman dibina pemerintah melalui program deradikalisasi,” katanya.

Namun para mantan napi yang tidak terlacak keberadaannya memang perlu diwaspadai agar tidak bermanuver untuk melakukan aksi teror kembali.

Kabaintelkam Polri perlu bekerja ekstra keras mencermati hal ini agar jajaran kepolisian tidak kecolongan.

“Sebab dalam kerumunan massa akhir akhir ini Baintelkam Polri seperti kecolongan,” sebut mantan wartawan ini.

Aksi aksi kerumunan massa seperti terbiarkan dan tidak terantisipasi Baintelkam, sehingga tidak hanya melanggar protokol kesehatan tapi aksi kerumunan massa itu sempat mengganggu jadwal penerbangan di bandara Soetta dan kemacetan para di berbagai tempat.

Selain itu ceramah agama yang diwarnai caci maki oleh tokoh agama terhadap institusi negara belakangan ini berpotensi mendegradasi kewibawaan negara dan pemerintah.

Menjelang akhir tahun ini Baintelkam Polri perlu memetakan situasi dan kondisi yang ada sehingga situasi Kamtibmas benar benar terkendali. (tim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: