Anton Medan, Preman Insyaf Wafat Sebagai Pendakwah

img 20210315 170357

EDITOR.ID, Jakarta, – Seperti kita ketahui bersama kemarin Senin (15/3/2021) Kabar duka kembali datang di Tanah Air. Ramdhan Effendi atau dikenal sebagai Anton Medan meninggal dunia.

Anton Medan sendiri dikenal sebagai seorang pendakwah dan mualaf. Dia dulunya adalah mantan perampok serta bandar judi.

Kisah Anton Medan menjadi mualaf pun sempat mencuri perhatian publik.

Untuk mengenang sosok Anton Medan, berikut kisah dirinya yang seorang preman kelas kakap menjadi mualaf.

Kisah kelam Anton Medan sudah dimulai sejak dirinya berumur belasan tahun. Sejak umur 12 tahun, Anton yang merantau ke Tebing Tinggi sudah menjadi tulang punggung keluarga. Dia juga telah meninggalkan bangku pendidikannya.

Anton kemudian menjadi calo di Terminal Tebing Tinggi dan membantu sopir bus untuk mencari penumpang. Namun dia justru terlibat masalah dengan salah satu sopir karena tak mendapat upah yang seharusnya. Anton lantas memukul sopir itu dengan balok dan membuatnya berurusan dengan polisi untuk pertama kali.

Tak jera, Anton kembali berurusan dengan polisi karena terlibat perkelahian dengan supir bus. Saat itu Anton yang dipukuli, membalas dengan sabetan parang dan membuat sang sopir tewas. Akibatnya dia mendekam di penjara selama 4 tahun.

Dia mencoba dunia kriminal dari menjambret dan merampok. Sejak itulah, kejahatan yang dilakukan sudah tak terbendung lagi. Anton mulai beralih menjadi pengedar obat-obatan terlarang. Dia bahkan juga pernah menjadi bandar judi kelas kakap.

Anton juga pernah membuka sejumlah rumah judi di Jakarta. Bahkan dia juga memiliki kasino. Tak heran jika Anton diketahui mampu meraup untung hingga miliaran per hari dari bisnis gelapnya itu.

Meski begitu, Anton tak patah semangat dan terus membuktikan keseriusannya. Pada 1992, Anton akhirnya resmi mengucapkan syahadat yang dituntun oleh Almarhum KH Zainuddin MZ, ‘Si Dai Sejuta Umat’. Sejak saat itu, penjahat kelas kakap itu berganti nama dengan Muhammad Ramadhan Effendi.

“Saya mempelajari Islam dari balik tembok-tembok penjara. Saya mempelajari Islam dari banyak guru. Mulai dari guru NU, Persis dan Muhammadiyah. Akhirnya, hati saya pun menjadi tenang,” ungkapnya sebagaimana dilansir dari merdeka.com.

Anton kemudian mendirikan pondok pesantren. Tujuannya yakni dia ingin bisa mengabdi lebih banyak untuk masyarakat luas. Pondok pesantren ini juga ditujukan untuk para mantan narapidana serta pengangguran. Pondok pesantren ini berada di daerah Pondok Rajeg, Cibinong, Bogor.

Di dalamnya, Anton juga mendirikan sebuah Masjid. Tak tanggung-tanggung, Masjid yang dibangunnya tampak begitu megah dan unik dengan khas Tionghoa. Masjid Anton Medan bernama Masjid Tan Kok Liong. (Tim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: