Mengungkap Rahasia Jokowi (1):
EDITOR.ID, Jakarta,- Fenomenal! Satu kata ini yang bisa menggambarkan perjalanan sejarah seorang pedagang mebel yang dengan kuasa Allah SWT ditakdirkan menjadi Presiden Republik Indonesia. Jika Tuhan berkehendak siapa saja bisa jadi pemimpin, bisa jadi Raja. Tak ada yang bisa menghalangi dan tak ada mimpi sebelumnya.
Semua berjalan seperti air mengalir. Itulah penggalan sisi perjalanan hidup Joko Widodo, warga biasa Kota Solo, seorang pengusaha kayu. Namun kini ia menjadi orang nomor satu di Indonesia.
Dibalik kekuasaan Tuhan Allah SWT, ada sosok yang selalu menemani, membisiki, memberi masukan hingga langkah demi langkah Jokowi mulus dan lancar dalam menapaki jejak karir politiknya.
Uniknya sosok orang dibalik kesuksesan Jokowi ini justru tidak silau dengan jabatan, harta, ataupun pangkat. Ia tidak menjadi menteri, pejabat atau apapun meski koleganya yang ia dorong telah menjadi Presiden. Ia tetap sebagai orang biasa saja.
Padahal sosok inilah yang selalu menemani, “menjaga” dan memberi arah Jokowi sejak dari pengusaha kayu kemudian sukses menjadi Walikota Solo dua periode.
Kemudian Jokowi “mengadu nasib” urbanisasi ke Jakarta menjadi orang nomor satu di DKI Jakarta.
Dan mencapai puncaknya manakala dipercaya 260 juta rakyat Indonesia untuk mengemban amanah sebagai Presiden RI ke 7 dan kini ke 8.
Sosok ini bukan seorang ahli politik kaliber nasional. Bukan pula Ketua Umum Partai Politik yang sudah makan asam garam dunia perpolitikan. Dan bahkan banyak yang mengira, Jokowi adalah mutiara yang ditempa ahli strategi komunikasi politik keluaran program doktor di kampus-kampus luar negeri.
Padahal, sosok pertama yang mengarahkan langkah awal politik Jokowi hanyalah seorang wartawan, seorang jurnalis. Bahkan hanya wartawan koran lokal Solo. Dia alumnus arkeologi UGM.
Karier dan CV-nya mungkin tidak seberapa mentereng.
Tapi dia membuat sejarah dengan mengorbitkan seorang tukang kayu menjadi walikota dua periode, gubernur satu periode, lalu jadi presiden dua periode.
Sosok tersebut adalah Anggit Nugroho. (Bersambung)
