Tanah Sekitar Calon Ibukota Baru Jadi Perburuan

Budiono lantas ikut menimpali perbincangan Puning dengan ANTARA yang memang membahas soal kehadiran “pemburu-pemburu” tanah di sekitar Desa Semoi Dua dan desa-desa lain di Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara, yang semakin ramai semenjak Presiden Joko Widodo mengumumkan lokasi calon ibu kota baru, Senin (26/8).

Mobil-mobil mewah hilir-mudik di perbatasan dua kabupaten itu, tujuannya tidak lain untuk menanyakan tanah yang hendak dijual.

Budiono yang merupakan anak dari transmigran gelombang terakhir asal Pacitan, Jawa Timur, yang mulai menempati desa di kecamatan paling jauh dari Ibu Kota Kabupaten Penajam Paser Utara itu pada 1993 juga berkelakar bahwa orang-orang desa di Sepaku banyak yang jadi orang kaya baru.

“Tadi tu na di samping kecamatan, orang transaksi tunai, bergepok-gepok itu uangnya,” ujar Budiono sebagaimana dilansir jpnn.

Meski tidak dapat mengkonfirmasi bahwa itu memang merupakan transaksi jual-beli tanah, namun ia menegaskan itu jelas bukan pemandangan jamak di Sepaku.

Fenomena jual-beli tanah ini diperkuat pernyataan Sekretaris Camat Sepaku Ahmad Bastian.

Ahmad mengatakan hanya dalam beberapa hari sejak lokasi ibu kota baru diumumkan banyak sekali pihak perorangan maupun perusahaan mendatangi warga, menanyakan tanah yang hendak dijual.

Harga tanah melambung dengan cepat. Jika sebelumnya satu hektare lahan kosong dijual Rp17 juta hingga Rp25 juta, atau empat hektare seharga Rp70 juta, kini sudah ada yang berani membeli lahan bersertifikat dengan luas setengah hektare seharga Rp500 juta di sana.

Belum lama ada pula yang mencari tanah di Sepaku yang, menurut Ahmad, mengaku dari salah satu Grup Bisnis Manufaktur Unggas besar di Indonesia.

Sementara Armansyah (56), warga asli Sungai Merdeka di Kecamatan Samboja, Kutai Kartanegara mengaku baru saja dimarahi keponakannya yang kebetulan bekerja di Badan Pertanahan Nasional (BPN). Ini karena dia baru saja menjual satu kavling tanah ukuran 15×20 meter persegi di pinggir Jalan Sungai Merdeka-Samboja seharga Rp150 juta.

“Jangan lagi dijual,” kata Arman mengikuti ucapan keponakannya.

Arman yang saat ditemui sedang menjadi mandor proyek jalan di dekat desanya mengaku masih memiliki sisa lahan seluas enam hektare di Sungai Merdeka. Tanah-tanah itu sebagian ditanami karet, kelapa sawit dan dijadikan kebun jagung.

Tanah-tanah warga di sana sekarang menjadi incaran para investor dan orang-orang kota dari Balikpapan, Samarinda, Bontang, Surabaya hingga Jakarta.

Lokasinya yang sangat dekat dengan salah satu Gerbang Tol (GT) Balikpapan-Samarinda kini bertambah strategis karena berada hanya sekitar 40 menit saja dari calon Ibu Kota Negara Republik Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: