Petani Kediri Kritik Soal Pupuk Langka

ilustrasi petani sedang memupuk sawah

EDITOR.ID, Kediri,- Para petani di kabupaten Kediri mengeluhkan sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi. Yang konon kabarnya karena alokasi jatahnya dikurangi pemerintah atau Dinas Pertanian setempat.

Gara-gara pupuk subsidi terjadi kelangkaan, para petani terpaksa membeli pupuk non subsidi yang harganya melambung tinggi.

Ketua Forum Kelompok Tani (Poktan) Kediri Harry Suharto mengatakan, jatah alokasi pupuk bersubsidi yang didistribusikan kepada petani tidak sesuai dengan harapan. Sehingga menjadi beban dan menyulitkan para petani disaat musim tanam.

harry soeharto ketua forum kelompok tani kediri
harry soeharto ketua forum kelompok tani kediri

“Yang seharusnya petani mendapat jatah sekian tetapi di lapangan jatahnya dikurangi jadi sekian dan petani sangat kecewa. Karena pada saat musim tanam pemerintah daerah tak peduli tapi pada saat panen tiba, harga gabah diatur pemerintah dengan harga murah,” ujar Suharto kepada Editor.id di Kediri, Senin (17/1/2022)

Petani asal desa Toyoresmi, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri ini mengeluhkan terjadinya kelangkaan pupuk bersubsidi disaat memasuki musim tanam.

“Kendala utama yang dihadapi petani saat ini adalah masalah pupuk, dan saya melihat perhatian pemerintah daerah sangat kurang terhadap nasib petani,” ujar Harto, panggilan akrabnya Harry Suharto salah satu petani di desa Toyoresmi menyampaikan keluhannya.

Petani, lanjut Harto dibiarkan dengan kesulitannya. “Padahal warga masyarakat di desa Toyoresmi banyak mengandalkan gantungan hidupnya dari profesi sebagai petani,” lanjut petani muda jebolan Alumni FE Universitas Merdeka Malang ini.

Tak banyak anak muda yang mendedikasikan profesinya sebagai petani penggarap tanaman padi seperti Harto. Namun Harto sudah bertekad bulat meninggalkan ibukota Jakarta dan meninggalkan profesinya sebagai wartawan untuk menerjuni dunia pertanian

Sayangnya dalam menghadapi ujian pertamanya sebagai petani selama 6 bulan terakhir, para petani kesulitan untuk melakukan pemupukan karena pasokan pupuk dari pemerintah berkurang drastis.

Akibat dari kelangkaan tersebut para petani terpaksa membeli pupuk non subsidi, yang harganya melambung tinggi. Para petani pun merasa rugi karena biaya tanam jauh lebih tinggi dari hasil panen yang didapatkan.

Meski demikian, para petani memilih tetap membeli pupuk non subsidi agar hasil panen tanaman tidak merosot. Menurut petani bila kelangkaan pupuk terus terjadi maka tanaman padi atau jagung yang ditanam terancam gagal panen.

Sementara itu, Dinas Pertanian Kabupaten Kediri sendiri juga mengakui terjadinya kelangkaan pupuk bersubsidi.

Menurutnya, kondisi tersebut terjadi akibat dari turunnya rekomendasi penggunaan pupuk bersubsidi dari kementan.

Konon kabarnya jumlah alokasi pupuk bersubsidi yang dikirim ke daerah juga berkurang cukup drastis. Dinas Pertanian pun, mengimbau agar para petani beralih menggunakan pupuk organik yang harganya jauh lebih murah.

Kini para petani berharap permasalahan pupuk tersebut, dapat segera diselesaikan oleh pemerintah. Sehingga di masa pandemi ini para petani tidak harus mengeluarkan biaya ekstra untuk menanam padi atau jagung. (tim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: