Penajaman Makna Kader Bangsa, dan Peran ASN di Era Ekonomi Digital

Implikasi semua “predikat strategis” tadi menjadikan Indonesia sebagai wilayah yang diperebutkan kekuatan-kekuatan modal raksasa berbagai negara kuat di berbagai dekade, sehingga mengundang berbagai kondisi “plus” dan “minus”.

Sejarah membuktikan, pulau-pulau yang masyarakatnya memiliki kedekatan dan kadalaman kultural yang sama, telah diduduki oleh berbagai perusahaan raksasa negara lain, selama sekitar 350 tahun. Mungkin lebih. Aksentuasi ketertarikan berbagai perusahaan negara lain yang didukung oleh otoritas pemerintahannya masing-masing negara kala itu adalah pemanfaatan kekayaan alam di Indonesia.

Ada beberapa teman Pengamat Asing yang pernah mempertanyakan, mengapa Indonesia mengklaim bahwa pendudukan atas beberapa wilayah kepulauan oleh perusahaan asing yg didukung pemerintahan masing-masing negaranya selama sekitar 3,5 abad diaku sebagai wilayah Indonesia? Dalam pandangan kritis mereka, NKRI saat itu secara konstitusional belum berhak mengklaim wilayah tersebut sebagai bagian kekuasaannya.

Kajian ilmiah khususnya dalam perspektif histori, sosiologi dan antropologi, membuktikan sesungguhnya warga di wilayah-wilayah tersebut sudah saling memiliki “rasa” keterkaitan satu sama lain, baik sejarah, adat, kebiasaan, tradisi, keyakinan, kepercayaan, keturunan dan lainnya. Dan bahkan secara politik, tokoh-tokoh kerajaan-kerajaan besar dan berpengaruh diwilayah tersebut sudah menyatakan “hasrat rasa dan realitas” itu dalam bentuk Deklarasi resmi. Salah satunya, tatkala Mahapatih Majapahit Gajah Mada merumuskan dan mendeklarasikan ide kebersamaan yang sudah membiak deras di banyak warganya, dengan menyatukan wilayah-wilayah tersebut dalam “Nusantara”, seperti tertuang dalam Sumpah “Amukti Palapa” yang ditemukan di Kitab Pararaton.

Akselerasi Reformasi Birokrasi dan Transformasi Digital

KEKAYAAN dan situasi alam serta posisi strategis bangsa ini, seharusnya merupakan modal awal untuk menjadikan bangsa kita memiliki peran strategis dan menguntungkan mayoritas massa rakyat. Strategi pembangunan bangsa dalam berbagai bidang memiliki peluang untuk melipatgandakan berbagai peran warga negara ini.

Tatkala kita salah memilih strategi pembangunan baik dari dimensi tahapan maupun prioritas, berpeluang menjadikan peran negara dan bangsa ini kembali dirugikan oleh kepentingan global seperti pernah dialami beberapa waktu lalu sebelum Merdeka.

Momentum “Merdeka” tahun 1945, tidak harus diantisipasi dengan suasana merasa segalanya telah bebas dari berbagai cengkeraman penjajahan. Penjajahan sampai kini tetap berlangsung meski dalam Skema berbeda.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: