Pandangan Gus Baha Soal Palestina-Israel, Yerusalem dan Masjid Al Aqsha

Kecintaan kepada umat Islam, termasuk juga kecintaan kepada Muslim Palestina, tak menjadikan Gus Baha' turut berteriak-teriak dalam demonstrasi membela mereka dari ketertindasan zionis Israel.

Ulama sederhana asal Jawa Tengah KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau akrab disapa Gus Baha. Beliau juga Rais Syuriah PBNUFoto NU

Jakarta, EDITOR.ID,- Ulama sederhana asal Jawa Tengah KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau akrab disapa Gus Baha menjadi salah satu pemikir dan pendakwah yang jadi idola ribuan jemaah. Ia dikenal sebagai salah satu ulama ahli tafsir yang memiliki pengetahuan mendalam seputar al-Qur’an.

Ia merupakan salah satu murid dari ulama kharismatik, Kiai Maimun Zubair.

Gus Baha merupakan putra dari seorang ulama pakar Al-Qur’an dan juga pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3IA, Kiai Nursalim al-Hafizh, dari Narukan, Kragan, Rembang.

Kiai Nursalim merupakan murid dari Kiai Arwani Kudus dan Kiai Abdullah Salam, Kajen, Mergoyoso, Pati. Nasabnya bersambung kepada para ulama besar.

Bersama Kiai Nursalim, KH Hamim Jazuli (Gus Miek) memulai gerakan Jantiko (Jamaah Anti Koler) yang menyelenggarakan kajian Al-Qur’an secara keliling.

Kisah-kisah yang disampaikan Gus Baha dalam memberi pemahaman nilai ajaran Islam dan hukum Islam selalu memberikan kesan mendalam bagi umat Islam, khususnya yang mengikuti dari media sosial, YouTube.

Dalam suatu pengajian bersama para santri tiga tahun silam sebagaimana dikutip dari laman berita ngopibareng.id edisi 16 Mei 2022, Gus Baha menganggap Nabi Isa sebagai Abdullah wa-Rasuluh.

Rais Syuriah PBNU ini pun menjelaskan tentang pengalamannya mengunjungi wilayah Israel dan bertemu dengan Imam Masjid Al-Aqsha Palestina bersama beberapa ulama Mesir.

Kecintaan kepada umat Islam, termasuk juga kecintaan kepada Muslim Palestina, tak menjadikan Gus Baha’ turut berteriak-teriak dalam demonstrasi membela mereka dari ketertindasan zionis Israel.

Gus Baha yang juga Pengasuh Pesantren Al-Quran di Narukan, Rembang ini lebih menekankan dalam pemahaman nilai Ajaran Islam berdasar Al-Quran, Al-Hadis, dan kisah yang ditulis para Salafus shalih.

Seperti kita berikut:

Salman Al-Farisi Sahabat Nabi

Gus Baha’ menuturkan, “Saya pernah ke makam Salman Al-Farisi di Syam. Makam Salman itu kalau sekarang sudah masuk Syam di wilayah Israel”.

“Dahulu wilayah Israel, Lebanon, Syiria itu masuk dalam wilayah Syam. Kalau sekarang jelas, secara teritorial makam Salman Al-Farisi masuk dalam wilayah Israel.”

Wilayah Syam Meliputi Israel-Syiria-Palestina

Jadi, ingat-ingat nggeh jika ada riwayat Syam berarti dulu meliputi Israel, Lebanon, Syiria, dan Palestina. Itu semuanya dulu menjadi satu wilayah yang disebut Syam.

Misal, Nabi Muhammad berkunjung ke Syam, berarti berkunjung ke kawasan Betlehem, Masjid Al-Aqsa dan macam-macam.

Sebab, tempat lahirnya Nabi Isa menurut Islam dianggap sakral, karena Islam tidak pernah memandang bahwa Nabi Isa membawa trinitas. Paham nggeh? Nabi Isa tetap abdullah wa rasuluh (hamba Allah dan utusan-Nya).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: