Menteri Yasonna Raih Gelar Profesor, Ini yang Diteliti

Sebuah kondisi yang bisa saja terasa dampaknya hingga saat ini.

Apalagi sebagian orang sering menganggap demokrasi sebagai kesempatan orang menyatakan pendapat sebebas-bebasnya di era digital 4.0. Jika dibiarkan terus menerus, situasi ini tidak sehat bagi perkembangan demokrasi Indonesia ke depannya.

“Demokrasi yang telah kita bangun dengan susah payah ini akan tertimbun sampah yang merusak ruang publik dan ekologi kehidupan kita dalam berbangsa dan bernegara,” ujarnya menyoroti cyber bullying.

Yasonna juga mengajak para kriminolog, para peneliti dan para ilmuwan sosial untuk menjelaskan fenomena cyber crime, cyber bullying dan cyber victimization lebih terang secara ilmiah. Sehingga ke depannya, akan terbentuk solusi-solusi yang mengurangi atau bahkan menghilangkan political cyber bullying.

“Kita mengabaikan sisi positif dari internet, dan khususnya media sosial, untuk mengampanyekan segi-segi terbaik dari praktik berdemokrasi di era digital democracy, malahan justru menggunakannya untuk menggerogoti demokrasi itu sendiri,” ujar Yasona

Orasi ilmiah Menteri Yasonna ini dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Ketua Mahkamah Konstitusi Anwar Usman, Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri.

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, serta Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani. Sementara Kapolri Jenderal Tito Karnavian hadir sebagai perwakilan senat.

“Kita lihat revolusi industri generasi keempat dengan internet, dengan big data, kemudian 3D printing dan lain-lain, itu bisa bermata dua. Bisa digunakan untuk kepentingan baik bisa untuk jahat,” kata dia di gedung STIK, Jakarta Selatan.

Yasonna menjelaskan fenomena itu harus lebih bisa diteliti dan dijelaskan kepada masyarakat demi kepentingan perkembangan demokrasi.

Hal ini kata dia harus dilakukan demi menghindari dampak negatif yang bisa disebabkan oleh penggunaan internet.

“Jadi mudah-mudahan apa yang saya lakukan ini interest saya di dalam cyber crime, bagian kecilnya termasuk cyber bullying, cyber victimization, dalam melihat fenomena media sosial bagi perkembangan demokrasi,” ujar dia.

Ia pun mendorong agar negara dan masyarakat bisa belajar tidak hanya dari Indonesia tapi dari negara lain. Ia pun berharap masyarakat bisa mempersiapkan diri menuju revolusi industri 5.0.

“Kita harapkan kalo sudah masuk human center pada revolusi industri 5.0. Kita mau jelang itu, penggunaan teknologi sudah mengarah kepada kepentingan manusia,” jelasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: