Kenapa PSI Pilih Anak Muda Pimpin DKI Jakarta di 2024? Ini Jawabannya

"Kedua yang muda, supaya nggak 4L, lo lagi lo lagi. Terakhir yang tidak korupsi. Jadi 3 poin itulah yang paling banyak kami dengar di masyarakat saat rembuk rakyat dilakukan," papar Elva.

Ketua DPW PSI DKI Jakarta Elva Farhi Qolbina Foto Instagram

Jakarta, EDITOR.ID,- Partai Solidaritas Indonesia (PSI) DPW DKI Jakarta baru saja menjagokan sosok pemimpin muda yakni putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka sebagai calon kuat Gubernur DKI Jakarta 2024. Konon kabarnya Gibran meraih suara terbanyak berdasarkan hasil Rembuk Rakyat Jakarta yang digelar PSI sejak bulan April 2023.

Tapi kenapa PSI tidak memilih Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dalam surveinya? Ada apa? Kenapa PSI memilih putra Presiden Jokowi? Kenapa PSI memilih anak muda untuk memimpin DKI Jakarta lima tahun ke depan?

Menanggapi hal ini Ketua DPW PSI DKI Jakarta Elva Farhi Qolbina membeberkan kriteria Calon Gubernur DKI Jakarta yang bakal diusung PSI pada Pilgub 2024 mendatang. Selain bisa bekerja, PSI ingin mengusung calon berusia muda serta bebas korupsi.

PSI, lanjut Elva Farhi Qolbina memiliki kriteria yang diserap dengan cara menghimpun aspirasi masyarakat di lapangan hingga suara calon legislatif (caleg) PSI. Selain itu, kriteria ini juga selaras dengan hasil rembug rakyat yang dihimpun PSI selama 2 bulan terakhir

“Jadi kalau misalnya nyambung sama hasil rembug rakyat yang dilakukan PSI, baik secara online maupun turun blusukan langsung di masyarakat, caleg, pengurus, kader, itu paling banyak masukan dari masyarakat terkait tipikal pemimpin yang kayak apa sih yang masyarakat mau?,” kata Elva Farhi dalam Diskusi Publik di Cempaka Putih, Jakarta, Rabu (21/6/2023) silam.

Pertama, lanjut politisi perempuan muda ini, yang kerjanya kelihatan bagus.

“Kedua yang muda, supaya nggak 4L, lo lagi lo lagi. Terakhir yang tidak korupsi. Jadi 3 poin itulah yang paling banyak kami dengar di masyarakat saat rembuk rakyat dilakukan,” papar Elva.

Elva berharap kriteria ini bisa dijadikan rujukan partai politik (parpol) lainnya untuk mengusung pemimpin Kota Jakarta. Dia juga menilai sosok Cagub DKI yang akan dipilih masih merujuk standar nasional, sekalipun nantinya Jakarta tak lagi menyandang status Ibu Kota Negara.

“Sudah pasti ada transisi, tapi 5-10 tahun ke depan jakarta tetap jadi, spotlightnya akan tetap nasional, sehingga calon-calon pimpinan DKI Jakarta berikutnya itu spotlightnya masih spotlight nasional. Rasanya masih rasa Pilpres,” jelasnya.

“Sehingga nanti ke depannya inilah yang bisa dijadikan parpol untuk kemudian memilih siapa pemimpin DKI Jakarta berikutnya,” sambungnya.

Elva berharap agar calon Gubernur maupun Calon Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta bisa diisi oleh perempuan. Menurutnya, hal ini diperlukan agar kebijakan yang dikeluarkan tak bias gender. Ditambah lagi, Indonesia pernah dipimpin oleh seorang presiden perempuan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: