Jelang Muktamar, Transformasi PPP Harga Mati

Visi PPP adalah “Terwujudnya masyarakat yang bertakwa kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan negara Indonesia yang adil, makmur, sejahtera, bermoral, demokratis, tegaknya supremasi hukum, penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM), serta menjunjung tinggi harkat-martabat kemanusiaan dan keadilan sosial yang berlandaskan kepada nilai-nilai keislaman”.

Jika ditelaah dengan seksama, secara garis besar baik yang tertulis dalam statuta organisasi maupun yang termanifestasi dalam berbagai upaya perjuangan selama ini, antara PPP dan NU memiliki banyak sekali kesamaan baik pemikiran, cara pandang dan sikap politik utamanya terhadap permasalahan keagamaan dan kebangsan.

Utamanya PPP dan NU sama-sama menggunakan paradigma Wasathiyah atau moderat dalam menempatkan hubungan antara agama dan negara. PPP dan NU sama-sama menempatkan ikhtiar mabadi khaira ummah sebagai bagian tak terpisahkan dari upaya membangun karakter bangsa dan kebudayaan Indonesia dalam rangka membangun peradaban yang unggul sebagai implementasi dari missi transformatif merahmati semesta alam (rahmatan lil alamin).

Dengan melihat benang merah PPP dan NU, tidak bisa dilepaskan begitu saja PPP dari NU, selain karena ikatan historis dan kultural maka ada ikatan tanggung jawab yang sama untuk saling bersinergi dalam upaya mewujudkan tujuan mulia.

Karena NU bukan merupakan lembaga politik praktis, maka tidak salah jika menyerahkan sebagian aspirasi politiknya kepada partai yang memiliki hubungan sejarah serta kesamaan paradigma keagamaan dan kebangsaan.

PPP memiliki basis ikatan yang kuat untuk tidak lari menjauh dari amanah perjuangan NU. Kejayaan PPP sedikit banyak pasti akan merepresentasikan kejayaan NU.

Oleh karena itu, bisa dikatakan dalam tanggung jawab NU ada tanggung jawab PPP, begitu sebaliknya. Sehingga adanya kebutuhan tampilnya pelaku atau aktor dalam posisi dan peran yang sama menjadi sebuah keniscayaan. Kader NU menjadi kader PPP atau sebaliknya.

Dengan kata lain, terhadap eksistensi dan kejayaan PPP di negeri ini ada sebagian yang mengharuskan menuntut tanggung jawab kader-kader NU.

Ikhtiar: Merebut Kembali Simpati Basis Kaum Santri

Keberadaan kader-kader NU dalam posisi dan perannya untuk mengembalikan kejayaan PPP tidak lain tidak bukan adalah untuk mengambil posisi kepemimpinan dalam upaya mengatasi permasalahan serta tantangan yang dihadapi PPP hari ini dan masa yang akan datang.

Permasalahan yang ada hari ini adalah perjalanan sejarah konflik yang terjadi di internal PPP. Hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa konflik yang ada di tubuh PPP telah dirasakan di semua lapisan struktur dari pusat sampai ke basis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: