Dewan Syura IPNU Telah Berpulang

IPNU-IPPNU sebagai organisasi kader dan sumber insani kepemimpinan nasional, regional dan lokal, membutuhkan sistem pengkaderan yang senafas dengan perkembangan zaman. Gus Aftonlah arsitek pengkaderan yang melahirkan generasi trengginas. Proses pengisian kader di kepemimpinan NU maupun di pemerintahan, sebagian berasal dari anak ideologinya yang istiqomah terhadap ajaran Mabadi’ Khaira Ummah. Bukan hanya warga NU akan tetapi warga masyarakat juga, akhirnya merasakan sumbangsih pelatihan kepemimpinan di organisasi, dalam mengelola NU dan daerah.

Alhasil, Gus Afton di alam baqa’, pasti akan banyak menerima pembagian dividen saham kepemimpinan, seperti sumber mata air yang mengalir terus menurus dan memberikan manfaat terhadap jam’iyyah, agama, nusa dan bangsa. Waktu aktif menjadi anggota dewan, ia aktif melibatkan kader-kader muda NU dalam pembahasan issu strategis daerah. Ini tentu tradisi yang sangat baik untuk mengembangkan paradigma pembangunan partisipatoris, inklusif dalam bahtsul masailil qanuni (diskusi masalah peraturan) dan batsul masailil mizaniyatid daulah (diskusi masalah anggaran negara). Sehingga tradisi bahtsul masail NU berkembang dan tak melulu masalah hukum fiqih.

Pasca Gus Afton dari dewan, tak ada tokoh NU yang concern menyediakan tenaga, fikiran dan dananya untuk untuk melatih kader muda NU tentang manajemen kebijakan publik. Sementara kebanyakan politisi, melibatkan mereka hanya sebagai operator untuk mendapatkan apa dan menjadi apa dalam kekuasaan politik. Padahal, politik kata Pak Surya Paloh, bukan semata persoalan kekuasaan akan tetapi juga permasalahan kebajikan yang menjadi mainstream dari pelaksanaan kepemimpinan. Disinilah sisi keunikan Gus Afton sebagai politisi ulung dan guru kader sekaligus.

Selain itu, Gus Afton adalah tokoh lintas agama yang sungguh-sungguh dalam membangun kerukunan umat beragama. Melalui Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB), lelaki kelahiran Jember, 2 November 1964 ini, membungun dialog antar umat untuk menghindari kesalahpahaman. Inilah yang seringkali menjadi pemicu tindakan intoleran dan diskriminatif terhadap umat berbeda agama atau keyakinan. Ia anak ideologi Gus Dur yang setia dan tak pernah lelah memajukan kerukunan umat dan melindungi kelompok minoritas di Tanah Air.

Rintisan usaha Gus Afton dalam membangun komunikasi harmonis antar tokoh agama dan antar pelajar, perlu dirawat, terutama bila melihat indeks kerukunan umat beragama yang rentan konflik sektarian dan meningkatnya jumlah mahasiswa yang terpapar faham radikalisme di Jember. Dalam konteks ini, daerah benar-benar kehilangan tokoh yang menghibahkan sebagian hidupnya demi harmoni sosial. Selamat jalan Gus, semoga arwahmu diterima disisiNya. Amien. (AH)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: