Asri Hadi Bertemu Hariman Siregar di HUT ke-23 INDEMO dan Peringatan 49 tahun Peristiwa Malari

Wartawan senior yang juga Ketua Dewan Redaksi EDITOR.ID ikut hadir di acara tersebut. Asri Hadi mengatakan bahwa peristiwa Malari 1974 tak boleh dilupakan dan harus menjadi pelajaran sejarah bagi bangsa ini dalam menghadapi kekuatan asing terutama kekuatan imperialisme modal raksasa.

Sementara mahasiswa mengawatirkan keinginan pemerintah. Bahwa Soeharto tidak akan mampu mengendalikan pihak asing untuk tidak ikut campur dalam kebijakan pemerintahannya.

Dengan demikian, mahasiswa menolak tegas dan tidak ingin pemerintah Indonesia bergantung pada asing untuk membangun negara. Sebab, investasi asing tidak lebih sebagai penjajah ekonomi yang akan membuka celah korupsi , ketidakadilan, serta memperburuk lingkungan dan hak asasi manusia.

Berbagai sepanduk, poster bertuliskan ” Tolak investasi asing “. Gerakan yang dimulai sejak pagi hari semakin siang semakin besar jumlah masanya. Sehingga aparat keamanan kawatir jika terjadi bentrokan dan bersikap waspada.

Gelombang protes mahasiswa tak dapat lagi dicegah. Berbagai kampus di Jakarta dan daerah lain menggelar mimbar bebas dan lakukan orasi memprotes pemerintah. Mereka yang berada di Jakarta berkumpul di kampus Universitas Indonesia di Salemba dilanjut long march ke Universitas Tri Sakti Grogol Jakarta Barat.

Tuntutan mahasiswa tidak lain hanya meminta Soeharto tidak gampang memberikan kemudahan pada asing, untuk mengelola sumber daya alam dengan imbalan investasi industri dan pinjaman dana. Sebab, kedepan nantinya akan dapat mencelakakan nasib hidup orang banyak.

Tanpa disangka oleh para demonstran, dengan tuntutan yang normatif dan bergerak dengan moral (moral force), aksi tersebut berujung maut. Mahasiswa mengira aksi dapat berjalan dengan damai dan aman. Tetapi, setelah aksi berjalan separuh waktu, muncul pembakaran toko, kendaraan, dan terjadi penjarahan secara liar dan masif.

Mahasiswa sendiri tidak tahu asal mula anarkisme itu berasal. Yang jelas, pembakaran toko, kendaraan dan penjarahan bukan berasal dari mahasiswa. Melainkan ada penggerak kerusuhan yang didesain berbarengan dengan adanya aksi mahasiswa.

Tercatat sedikitnya 11 orang meninggal, 300 luka- luka, 775 orang ditahan 807 mobil dan 187 sepeda motor dibakar masa. 144 bangunan rusak, 160 kg emas hilang dari sejumlah toko emas, beberapa tempat usaha, perkantoran mengalami kerusakan. (Kompas.com Januari 2022) 

15 Januari 1974 sebagai tonggak perlawanan moral kepada modal asing. Kali pertama mahasiswa tidak ingin negara ini digadai kepada asing untuk diurusnya.
Sejalan dengan waktu, para tokoh mahasiswa ditangkap dan dipenjara oleh Soeharto. Aksi mahasiswa dituduh sebagai biang keladi kerusuhan. Padahal kerusuhan itu terjadi karena ada operasi intelejen dan berbarengan adanya perseteruan sekaligus persaingan antar pembantu Soeharto.

Dua kepercayaan Soeharto saling memainkan peran politik. Tarik menarik kepentingan antara Jenderal Soemitro dengan Ali Moertopo menjadikan gerakan mahasiswa pupus dan dicemari akibat pertikaian kedua elite pembantu Soeharto.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: