Karya-karya Arahmaiani juga menyinggung persoalan sejarah multicultural Indonesia. Dari pengaruh Hindu, Buddha, dan tradisi animisme dan kaitannya dengan arsitektur dan bahasa Jawa; fondasi budaya Islam; kolonisasi, perubahan lanskap politik dan ekonomi, pengalaman globalisasi dan urbanisasi, lingkungan, serta peran wanita dalam masyarakat.
Dengan menggunakan berbagai media tradisional dan non-tradisional, karyanya telah beresonansi dengan berbagai kelompok dan komunitas di seluruh dunia.
Arahmaiani muncul sebagai seniman di tahun-tahun menjelang reformasi politik pada 1998, yang juga merupakan masa dimana berbagai pameran besar internasional diselenggarakan dan mulai mengikutsertakan seniman di luar negara Barat sebagai cerminan perubahan kesadaran global.
Tahun 1996, Arahmaiani ikut serta dalam‘Traditions atau Tensions’ di Asia Society, kota New York dan Asia Pacific Triennial ke-2 (APT2) di Queensland Art Gallery, Australia.
Di tahun 1997, ia menjadi bagian dalam The Havana Biennale, Kuba dan Cities on the move – Contemporary Asian Art on the turn of the 21st century di Wiener Secession di Wina. Keikutsertaannya dalam berbagai pameran tersebut menempatkan Arahmaiani sebagai salah satu sosok seniman wanita penting di Asia Tenggara.
Hal tersebut juga berperan dalam transformasi konteks acuan praktik keseniannya, yang menghasilkan beberapa karya ikonik seperti performans Handle without Care (1996–2018) dan instalasi Nation for Sale (1996–2018).
Sejak 1980an, Arahmaiani telah hidup, dalam deskripsinya sendiri, sebagai “nomaden global” – berpindah antara berbagai kota dan negara dengan beragam kebudayaan, yang kemudian membentuk kesadaran sosialnya dan terwujud dalam kekaryaannya.
Pameran ini menyuguhkan karya-karya dari awal karir Arahmaiani sejak 1980an hingga saat ini yang meliputi instalasi awal, lukisan, gambar, serta dokumentasi foto dan video, tulisan, dan publikasi, untuk menggambarkan konteks sosial dan budaya yang melatari pembuatan dan presentasi karya-karya tersebut. (tim)