Melibatkan Kaum Milenial : Menyiapkan Masa Depan Bangsa ?

Oleh : Dr Kristiya Kartika, M.Si, M.Kom,

Penulis memperoleh pendidikan terakhir di San Beda College Manila dan lulus Doktor Bidang Manajemen Bisnis, aktif dalam kajian Ekonomi Energi. Penulis buku “Negeri Tanpa Mimpi”

Presiden Joko Widodo kembali melakukan inovasi dan terobosan baru yang membuat banyak pihak terkejut sekaligus terkesima. Tujuh orang kaum muda yg masuk dalam kriteria melenial, karena usianya masih sekitar awal 20 tahun-an hingga pertengahan 30-an dipercaya sebagai Staf Khusus Presiden untuk membantunya memberikan ide dan gagasan strategis.

Bahkan sebelumnya, Presiden telah mengangkat beberapa Menteri dan Wakil Menteri dari Kaum Milenial pada kementerian yang strategis seperti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Tentu wajar jika banyak yang memberi komentar atau respon berbeda satu sama lain. Tidak sedikit yang setuju, tapi juga ada yang tidak setuju.

Yang perlu dicari atau digali saat ini, adalah sintesa obyektif apa yang bisa dipetik dari adanya dua arus berbeda dalam bentuk tesa dan antitesa terhadap keputusan Presiden tersebut.

Kaum milenial dalam konteks pembahasan menyangkut peran dan tanggung jawabnya, dalam tulisan ini dimaksudkan adalah kaum muda.

Seperti telah kita ketahui bersama, kaum muda/ milenial dalam waktu sangat dekat ini sampai minimal satu dasa warsa kedepan, perannya sangat strategis bagi bangsa ini.

Generasi ini menjadi generasi yang berpengaruh kuat atas masa depan kita sebagai negeri Nusantara. Mulai dari hobi, jenis makanan dan pakaian yang disukai, sampai life style, keahlian/kualitas pendidikan dan profesionalitas, serta mindset atas berbagai masalah mulai politik, ekonomi, industri, bisnis, profesi, pendidikan, budaya, teknologi dan lainnya.

Dalam posisi ini, peran generasi milenial bisa ganda. Disatu sisi sebagai lapis kaum muda yang mayoritas dan menentukan kedepan, wajar jika diposisikan sebagai “subyek”.

Namun, sebagai generasi muda yang kuantitasnya banyak serta tingkat pendapatannya tergolong tinggi, generasi milenial bisa menjadi lapis “captive market” yang wajar bila diposisikan sebagai “obyek” dan patut terus dipengaruhi.

Sekali lagi, sintesa atas penganugerahan predikat “subyek” dan “obyek” inilah yang mutlak harus dicari atau dirumuskan dengan tepat.

Sejak beberapa era yang lalu, penelitian dan kajian ilmiah atas posisi dan peran kaum muda sudah banyak dilakukan. Salah satu tesis yang berhasil dirumuskan adalah, bahwa tingkat aktivitas kaum muda/mahasiswa khususnya dalam politik terpengaruh oleh lingkungan politik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: