Usai Keraton Agung Sejagat “Runtuh”, Tukang Loak Batal Jadi Jenderal

Eko dilantik sebagai jenderal bintang tiga saat kirab sekaligus deklarasi KAS pekan lalu. Padahal, sang istri sedari awal sudah mengingatkannya.

Eko mengaku sudah membayar Rp 2 juta. Uang tersebut digunakan untuk membeli seragam keraton. ”Harganya beda-beda, bergantung dari pangkatnya,” ucap Eko.

Siti dan Teguh mengaku, jika ditotal, mereka sudah menghabiskan Rp 20 juta. Itu terhitung sejak kali pertama mereka bergabung di Development Economic Committee (DEC), organisasi yang lebih dulu didirikan oleh Totok, sampai ketika aktif di KAS. Pembayaran pertama sekitar Rp 7 juta pada 2016.

Pada akhir tahun kemarin, sebelum pembentukan keraton, mereka membayar masing-masing Rp 2 juta. Dengan alasan, untuk membuat seragam saat kirab dan pelantikan. ”Pembayaran sesuai kemampuan anggota. Kami jual sapi untuk semua biaya itu,” kata Siti yang tinggal di desa yang berjarak sekitar 10 kilometer dari lokasi KAS.

Eko sehari-hari adalah Kasi Pemerintahan Desa Pogungjurutengah, Kecamatan Bayan, Purworejo. Itu yang membuat beban yang dia rasakan berlipat-lipat setelah KAS ”runtuh” dan raja serta ratunya ditangkap polisi.

”Semula, saya janji ke tetangga yang minjemi duit, akan saya bayar setelah bayaran sebagai pejabat di KAS cair. Tapi, itu ya tak mungkin lagi sekarang.”

Namono juga sampai rela meninggalkan pekerjaan sebagai tukang loak demi mengabdi ke KAS. Selama mengabdi, Mono –sapaan akrabnya– tak pernah digaji. Untuk mencukupi kebutuhan keluarga, istrinya yang harus berjualan sayur dan menjadi buruh pijat. Bahkan, akhir tahun kemarin dia meminta uang Rp 1 juta kepada istrinya.

Tujuannya, membayar seragam. ”Pangkatnya jenderal bintang tiga,” ucap Utami, istri Mono.

Mono, papar sang istri, adalah tenaga bangunan yang mengerjakan bangunan keraton. Tapi, dia tidak pernah dapat uang. Bayarannya, seperti dijanjikan juga kepada Siti, Teguh, Eko, dan para penggawa lain, baru akan turun tahun ini.

Semakin tinggi jabatan, gaji yang dijanjikan juga semakin tinggi. Tapi, untuk bisa naik jabatan, penggawa KAS juga harus membayar dulu.

Yang seperti Mono, yang sampai rela melepas pekerjaan, juga tak sedikit. Chikmawan, misalnya, rela keluar dari pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Pemkab Purworejo.

Chikmawan menjadi tangan kanan Totok di Purworejo. Dia bertugas mencari anggota. Baik ketika membuat DEC atau saat mendirikan kerajaan.

Chikmawan sosok yang loyal. Tanahnya seluas 1 hektare di Pogungjurutengah pun direlakan untuk dibuat keraton.

Beberapa warga sekitar juga sempat direkrut. Hanya, banyak yang keluar karena tak mampu membayar iuran keanggotaan. Karena itulah, segelintir saja warga di sekitar keraton yang ikut di KAS. Empat orang saja.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: