Reformasi Hanya Mimpi, Kembalilah Kepada Sumber Amanat Penderitaan Rakyat

EDITOR.ID, Setelah peristiwa tahun 1965, kehidupan berbangsa dan bernegara mengalami pergolakan sebagai hasil dinamika situasi baik internal maupun eksternal dan permainan kepentingan kelompok tertentu.

Dengan adanya gerakan 30 September PKI yang dalam istilah Presiden Sukarno adalah gerakan satu Oktober (Gestok), “tatanan persatuan” dalam gerakan NASAKOM (Nasionalis,Agama,Komunis) menjadi berantakan. Bagian dari harapan akan persatuan bangsa dari keanekaragaman masyarakat, terancam dalam bahaya laten disintegrasi bangsa.

Pembantaian rakyat atas nama pembersihan ideologi komunis dilakukan secara masif oleh pasukan RPKAD dan kelompok masyarakat sipil yang didukung TNI AD, menjadi pertanda berakhirnya kekuasaan orde lama yang memang dirongrong baik dari dalam maupun luar negeri. Ditumbangkannya Presiden Sukarno menjadi awal naiknya Jenderal Suharto sebagai presiden Republik Indonesia, menjadi tonggak lahirnya orde baru pada tahun 1967 dengan menyatakan akan menjalankan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam perjalanannya, Pemerintahan rezim orde baru menjadi rezim otoriter yang dengan jalan propaganda pembangunan negara di berbagai sektor melalui program nasional pembangunan lima tahun (Repelita) menjadi kamuflase belaka dari praktek KKN hingga menjadi budaya yang tumbuh subur

Pengalaman rakyat banyak hanya sekedar menjadi legitimasi kebijakan dalam pembangunan nasional dan terusiknya rasa keadilan akan kesetaraan politik, akses perekonomian yang sama, ketimpangan pelaksanaan penegakan hukum, berpuncak pada kemarahan rakyat setelah dipicu oleh krisis moneter di tahun 1998.

Terbukanya pengelolaan keuangan negara yang serampangan karena permainan KKN (korupsi kolusi nepotisme), pemerintahan yang otoriter dan berbagai pelanggaran HAM (bahkan yang masih misterius hingga kini) memantik keberanian rakyat yang berujung pada lengsernya soeharto.

Krisis moneter menjelang jatuhnya presiden Suharto menimbulkan gejolak ekonomi di berbagai sektor terutama makro ekonomi Indonesia yang lumpuh pada waktu itu dengan ditandai kenaikan harga bahan pokok dan kelangkaan produksi vital bagi masyarakat serta kesewenang-wenangan aparatur negara didalam menjalankan fungsi pemerintahan membuat kemarahan rakyat di berbagai daerah dengan ditandai demonstrasi besar-besaran dan semakin memuncak dengan terbunuhnya pahlawan reformasi hingga pada akhirnya keberhasilan masyarakat dari berbagai elemen termasuk mahasiswa menduduki gedung DPR/MPR RI serta jatuhnya Suharto 21 Mei 1998 dimana menandai berakhirnya era orde baru dan memasuki era reformasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: