Radikalis Ajarkan Anak Murtadkan Orang Tua Jika Tak Ikuti Paham Mereka

Kisah Chamidi terjerumus di lembah jaringan paham radikal diawali saat ia diajak tetangga barunya Badri untuk mengikuti aliran mereka. Demi menghargai teman barunya, Chamidi menuruti omongan Badrie.

Chamidi yang awam agama dan masa lalunya kelam, diajari bagaimana cara salat yang benar dan senang berbicara tentang keyakinan mereka. Tetapi ketika argumen tetangganya sampai pada poin yang lebih radikal, dia bingung. “Apa yang dia bicarakan?” pikirnya.

Ketika Badrie mengetahui lebih banyak tentang masa lalu Chamidi: alkohol, pacar, dan judi, Badrie mendorong tetangganya itu untuk ‘membersihkan’ dirinya melalui penebusan, demi kehidupan ibu dan bibinya di akhirat.

Badrie membawanya ke kelompok-kelompok pengajian di desa terdekat, dan memberinya bahan bacaan tentang jihad. Chamidi ikut teman barunya ini ke pengajian, tetapi hanya melihat-lihat buku dengan santai. Dia tidak pernah benar-benar tertarik.

Tiga atau empat tahun berlalu, suatu hari Chamidi diperkenalkan kepada beberapa teman Badrie, yang belum pernah dia temui sebelumnya. Beberapa minggu kemudian orang-orang itu mengunjungi Chamidi saat dia merawat bonsai-bonsainya.

Mereka memintanya untuk menjaga suatu paket selama beberapa hari, menjelaskan bahwa itu milik Badrie. “Saya tahu itu mungkin berbahaya,” Chamidi mengakui. “Tapi saya merasa tidak enak untuk menolak.” Kedua tetangga itu telah saling akrab.

Beberapa hari setelah itu, Badrie ditangkap. Dia diinterogasi petugas polisi yang bertanya di mana dia menyembunyikan bahan peledaknya. “Di rumah tetangga saya,” dia mengakui.

Keesokan harinya, polisi menggerebek rumah Chamidi ketika dia sedang memasak mie untuk bibinya, yang sudah tidak bisa lagi berjalan dan duduk tanpa kursi roda.

Adiknya tidur di kamar sebelah saat penggerebekan itu. Dua pria yang menyewa kamar di rumah itu juga ditangkap, tetapi dibebaskan setelah dua minggu diinterogasi.

Petugas polisi bertanya kepada Chamidi apakah dia tahu barang yang disimpannya itu berbahaya. “Saya tahu,” jawabnya, “tetapi saya tidak menolaknya karena dia teman saya”.

Chamidi tak pernah menyangka “teman” yang selama ini menjerumuskannya ke lembah hitam jaringan teroris diketahui bernama Badrie Hartono. Ternyata ia adalah pemimpin kelompok Muhammad Thorik (32) yang merencanakan sejumlah aksi teror di Jakarta.

Badri dan beberapa anggotanya mahir merakit bom dan pernah mengikuti latihan teror di Poso, Sulawesi Tenggara. Badri juga disebut sebagai anak buah dari Bagus Budi Pranoto alias Urwah. Urwah merupakan pengikut teroris Noordin Mohammad Top yang terlibat kasus pengeboman Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton pada 17 Juli 2009.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: