Penilaian Seleksi Jaksa Ada yang Aneh, Anak Tukang Sapu Ngadu ke Presiden

ilustrasi

EDITOR.ID, Surabaya,- Ghufron, seorang anak tukang sapu jalanan di Surabaya menyurati Presiden Joko Widodo secara terbuka. Ia mengadukan ketidakadilan atas nasibnya saat mengikuti tahapan seleksi masuk calon Jaksa.

Ghufron terpaksa mengubur cita-citanya menjadi jaksa karena hasil nilai tes psikotes dan kesehatan dalam seleksi tertera nol. Anehnya, nilainya saat ia mengikuti psikotes mandiri, justru bagus.

Anak muda ini dinyatakan tidak memenuhi syarat oleh Biro Kepegawaian Kejaksaan pada Kamis (30/12/2021).

Ghufron mengaku merasa aneh lantaran tes psikotes dan kesehatannya diberikan nilai nol, padahal dalam pengujian mandirinya aman. Ghufron meminta panitia seleksi CPNS Kejagung RI menjelaskan tolok ukur psikotes dan tes kesehatan yang diberikan kepadanya.

?Kejagung menjelaskan skor nol menunjukkan tidak memenuhi syarat, tetapi tidak menjawab tolok ukur dan hasil dari kondisi kesehatan,? kata Ghufron, Minggu (9/1/2022).

Menurutnya, parameter medical check up yang dilakukannya sama dengan SKB kesehatan kejaksaan. Begitu pula, SKB psikotes yang ditetapkan dalam CPNS kejaksaan.

“Dari kesehatan dan psikotes yang telah saya lakukan, hasilnya normal. Bahkan, dalam psikotes menunjukkan IQ saya di atas rata-rata dengan total 116 skala CFIT,” bebernya.

ghufron menyurati presiden jokowi menuntut transparansi atas hasil tes mendaftar jaksa. foto dok. pribadi ghufron
ghufron menyurati presiden jokowi menuntut transparansi atas hasil tes mendaftar jaksa. foto dok. pribadi ghufron

Dalam suratnya kepada Presiden, pemuda berusia 24 tahun itu menilai Kejagung tidak menanggapi hasil pemeriksaan dan medical check up yang ia alami. Bahkan dalam surat yang ia kirim ke Presiden Jokowi, Ghufron melampirkan dokumen bukti hasil tes yang menunjukkan kondisi psikotes dan kesehatannya normal.

Ghufron termasuk mahasiswa pintar. Ia merupakan satu-satunya orang yang berhasil menuntaskan gelar sarjana berkat bantuan bantuan beasiswa bidik misi. Saat ini, dia bahkan sedang menempuh pendidikan Magister Hukum di Unair Surabaya.

Meski kuliahnya dibiayai negara, dia tetap bekerja menjadi kuli bangunan hingga pelayan restoran untuk memenuhi akomodasi perkuliahan.

?Mayoritas keluarga lulusan SD dan SMP, hanya saya yang berkuliah dan dari kecil bercita-cita menjadi jaksa karena itu penentu keadilan hukum di Indonesia,? kata Ghufron saat dihubungi, Rabu (5/1/2022).

Pemuda berusia 24 tahun itu dinyatakan lulus secara cumlaude dengan IPK 3,74 oleh Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jatim.

Dia menceritakan bagaimana prosesnya demi menjadi penegak hukum. Berbagai tes telah dia lalui, mulai administrasi, kompetensi dasar (SKD), sampai dinyatakan lulus kompetensi bidang (SKB)

?Dalam SKB hukum, nilai saya tinggi karena peringkat 14 se-Jatim dari 270 orang dengan total peserta nasional ada 2013 orang,? ujarnya.

Kejagung Klarifikasi Soal Nilai

Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung (Kejagung) RI, Leonard Eben Ezer Simanjuntak angkat bicara terkait dengan anak tukang sapu jalanan, yakni Ghufron yang gagal menjadi jaksa lantaran mendapatkan nilai nol pada dua tahapan tes.

Kapuspen menerangkan bahwa angka nol (0) pada sub tes bersifat menggugurkan, seperti tes psikotes dan kesehatan bukan merupakan nilai, melainkan kode bagi peserta tes yang tidak memenuhi syarat (TMS).

?Angka satu merupakan kode peserta yang memenuhi syarat (MS),? kata Leonard, Kamis (6/1/2022).

Penilaian tersebut berbeda halnya dengan sub tes yang memiliki bobot atau bukan bersifat menggugurkan, seperti wawancara, CAT, kesamaptaan, bela diri, ataupun praktik kerja.

Range penilaian untuk sub tes yang memiliki bobot dan bukan bersifat menggugurkan adalah angka 0-100. (tim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: