Ngaku Tak Berambisi, Nama Risma Justru Masuk Bursa Capres

mensos tri rismaharini foto voa

EDITOR.ID, Surabaya,- Mensos Tri Rismaharini mengaku ingin bekerja keras buat rakyat dan tak ingin dalam pengabdiannya ia ada pamrih atau berambisi ingin mencari nama memburu bursa Calon Presiden 2024.

Sehingga Risma tak banyak berkomentar terkait elektabilitasnya dalam survei bursa capres 2024 yang dilakukan oleh Surabaya Survey Center (SSC) beberapa waktu lalu.

“Sing nyalonno iku yo sopo. Paling awakmu sing survei (yang mencalonkan itu siapa. Mungkin kamu sendiri yang survei),” kata Tri Rismaharini, di Surabaya, Sabtu (17/4/2021).

Risma mengaku tak memikirkan hal itu. Saat ini dia lebih memilih fokus melakukan penanganan dan meninjau daerah terdampak bencana.

“Iya aku konsentrasi, bingung terus, kondisi kejadian ini,” kata Wali Kota Surabaya dua periode itu.

Risma menuturkan, sejumlah daerah saat ini masih banyak yang membutuhkan perhatiannya. Di antaranya masyarakat yang terdampak gempa di Jatim, NTT, dan pengungsi akibat konflik Papua.

“Jadi aku mikir itu, enggak mikir yang lainnya. Konsentrasi itu berat, karena jangan sampai terlambat (mengirim bantuan,red). Ini juga (sedang,red) nyiapin,” ujar dia.

SSC merilis hasil survei tiga nama pejabat yang menjadi favorit pilihan milenial untuk menjadi presiden4. Mereka ialah Tri Rismaharini, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo.

?Di survei Top of Mind, Prabowo memuncaki hasil dengan capaian 8,9 persen. Kemudian disusul Risma 7,8 persen dan Ganjar 5 persen,” ujar Direktur Riset SSC Edy Marzuki di Hotel Narita Surabaya, Senin (12/4).

Hasil survei tersebut menunjukkan elektabilitas Risma mendapatkan posisi pertama dengan 15 persen. Kemudian disusul Prabowo dan Ganjar yang masing-masing mengantongi 10,8 persen dan 9,9 persen.

Edy yang merupakan dosen di Universitas Yudharta Pasuruan itu menyebut potensi untuk tokoh-tokoh lain mendongkrak elektabilitasnya masih terbuka lebar. Karena, responden yang belum menyatakan pilihannya juga banyak.

Di survei top of mind, 67,6 persen responden memilih tidak tahu atau tidak menjawab. Untuk survei elektabilitas, 41,4 persen memilih tidak tahu dan tidak menjawab.

“Ini ceruk yang sangat potensial mengingat Pilpres masih di tahun 2024,? kata Edy.

Tri Rismaharini alias Risma merupakan wali kota wanita pertama Surabaya. Ia menjabat sejak 28 September 2010. Berkat prestasi dan ketegasannya, Risma menjabat wali kota Surabaya sebanyak dua kali.

Perempuan kelahiran 20 November 1961 ini adalah anak dari pasangan Mochammad Chuzaini dan Siti Mudjiatun. Ia adalah anak ketiga dari lima bersaudara.

Sejak kecil, Risma hidup sederhana. Penghasilan ayahnya yang merupakan seorang aparatur sipil negara (ASN) di kantor pajak harus cukup untuk memenuhi kebutuhan keempat saudaranya. Dari ayahnya, Risma juga belajar menjadi seorang yang gigih dan ulet.

Risma sekolah di SD Negeri Kediri, dan setelah lulus ia melanjutkan sekolahnya di SMP Negeri 10 Surabaya baru kemudian meneruskan ke SMA Negeri 5 Surabaya. Setelah itu risma diterima di S1 jurusan arsitek di Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya.

Semangat belajar Risma yang tak pernah padam membuatnya lanjut studi S2 jurusan managemen pembangunan kota di kampus yang sama.

Setelah menyelesaikan pendidikannya, Risma mengikuti jejak ayahnya dengan menjadi seorang ASN di pemerintahan Kota Surabaya. Sampai pada usia 36, Risma menjadi Kepala Seksi Tata Ruang dan Tata Guna Tanah Bappeko Surabaya. Setelah itu, dia menjadi Kepala Seksi Pendataan dan Penyuluhan Disbang serta Kepala Cabang Dinas Pertamanan.

Kariernya terus meroket, Risma pindah sebagai kepala Bagian Bina Bangunan, Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan, hingga menjadi Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Moncernya kerja Risma dilirik Partai PDIP yang ingin mencalonkannya menjadi wali kota Surabaya.

Mengubah wajah Surabaya

Sebagai mantan kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, Risma sukses menata ibu kota Jawa timur menjadi kota yang bersih, penuh taman, dan bebas banjir. Lahan tak terawat disulapnya menjadi taman kota yang asri. Tak heran bila saat ini, sedikitnya ada belasan taman kota berskala besar dengan berbagai tema sebagai sarana melepas penat warga.

Sebagai orang yang punya latar belakang sebagai arsitek, Risma tak main-main bila sudah menyangkut urusan pembangunan tata kota. Salah satu taman yang ia bangun yakni Taman Bungkul, yang mendapat penghargaan dunia. Taman ini mendapat predikat the 2013 Asian Townscape Sector Award dari kantor regional Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) wilayah Asia dan Pasifik.

Taman-taman lain yang dibangun di era Risma dengan konsep all in one entertainment park, antara lain Bundaran Dolog, Taman Undaan, serta taman di Bawean. Karena pembangunan itu beberapa tempat yang dulunya seperti mati suri kini dipenuhi dengan warga Surabaya.

Risma bukan cuman sosok yang telaten, ia juga seorang yang tegas. Pernah pada suatu waktu ia marah besar karena tanaman di Taman Bungkul rusak diinjak-injak warga saat pembagian es krim gratis pada Mei 2014. Saat itu, panitia acara abis kena semprot, dan mereka berjanji kepada Risma akan memperbaiki bagian taman yang rusak.

Selain taman, Risma juga berkontribusi dalam pembangunan trotoar bagi pejalan kaki. Dengan mengusung konsep modern, pembangunan bisa dilihat secara langsung di sepanjang Jalan Basuki Rahmat, yang dilanjutkan hingga Jalan Tunjungan, Blauran, dan Panglima Sudirman.

Mendunia

Selama Risma memimpin dan berhasil mengubah wajah Surabaya, sederet penghargaan berhasil diraih baik di tingkat nasional maupun dunia. Di bawah kepemimpinannya Surabaya meraih penghargaan Adipura pada 2011 sampai 2014 berturut-turut untuk kategori kota metropolitan.

Di tingkat internasional, Risma berhasil membuat Surabaya menjadi kota terbaik se-Asia Pasifik pada 2012 versi Citynet atas keberhasilan pemerintah kota dan partisipasi rakyat dalam mengelola lingkungan.

Karena kiprahnya itu, Risma diganjar sebagai wali kota terbaik ketiga di dunia versi World City Mayors Foundation. Lalu pada 2016, perempuan kelahiran 20 November ini juga mendapatkan penghargaan internasional “Ideal Mother,” dari Islamic Educational Scientific and Cultural Organization (ISESCO) Kairo.

Setahun kemudian, Risma berhasil menyabet penghargaan The President of Association otherways management & consulting Paris-Franc Otherways Management Association Club (OMAC). Hingga pada 2018, Risma dinobatkan sebagai Presiden United Cities and Local Governments (UCLG) Asia Pacific (ASPAC). Dan di 2019, ia menerima penghargaan Women Empowerment Award (WEA) di Singapura. (tim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: