Penjaga itu bahkan sempat menawarkan hio ke perempuan tersebut. Namun perempuan itu menolak. Korban hanya sembahyang menggunakan tangan.
“Enggak-enggak (mau ditawari mengunakan lidi hio, hanya berdoa menengadahkan kedua tangan),” kata sang penjaga menirukan penolakan ibu itu.
Di sisi lain, tiga orang anggota keluarganya masih menunggu di tangga. Ketiga anggota keluarga itu duduk di sebuah kursi kayu sambil menunggu sang ibu selesai sembahyang.
Penjaga kelenteng itu melanjutkan ceritanya bahwa sang anak korban yang perempuan berinisial JL juga sempat menyumbangkan uang sebesar Rp50 ribu usai ibunya berdoa.
“Yang satu anak perempuan yang paling tua (JL umur 16 tahun) ambil uang 50 ribu untuk sumbangan,” ucap dia.
Sedangkan, suami korban dengan inisial ED (50 tahun) dan anaknya yang laki-laki dengan inisial JWA (13 tahun) menunggu di luar Kelenteng. “Yang laki (suami dan anak laki-laki) nunggu di sana (menunjuk di luar area Kelenteng),” katanya.
Setelah itu, ia tak tahu perginya keluarga tersebut. Namun, tas bawaan keluarga itu masih tertinggal di kursi kayu dekat tangga darurat.
Ditengarai,korban diduga melompat dari halaman klenteng, yang berada di sebelah kanan dari arah tangga darurat. Mereka nekat lompat dari lantai paling atas hingga akhirnya meninggal dunia.
Di sana, terlihat kotak tempat berdoa dan patung naga. Akan tetapi, lokasi sisi lain itu digaris polisi sehingga pihak terkait di luar kepolisian tidak boleh melintas.
Pakar Kriminologi: Korban Punya Masalah Besar
Pakar kriminologi dari Universitas Indonesia (UI) Adrianus Meliala menganalisa kematian satu keluarga yang terdiri dari empat orang di Apartemen Teluk Intan Penjaringan lewat aksi bunuh diri. Adrianus menduga ada masalah besar yang melatarbelakangi keputusan mengakhiri hidup itu.
“Saya pikir tidak ada orang yang bahagia mau bunuh diri pastinya, jadi pelaku ini orang yang memiliki masalah berat atau merasa masalah yang dipunyainya berat. Seperti itu ya,” kata Adrianus saat dikonfirmasi pada Senin (11/3/2024).
Adrianus mendorong polisi menelusuri masalah berat tersebut hingga menyebabkan sekeluarga bunuh diri. Adrianus mengendus adanya kemungkinan masalah berat yang ditanggung sekeluarga.
Pihak kepolisian mengungkapkan, empat korban bunuh diri yang melompat dari Apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara, diketahui pernah menempati salah satu unit di apartemen itu. Tapi, terakhir kali mereka menempati unit tersebut sekitar dua tahun lalu sebelum akhirnya kembali kemarin.
“Hasil sementara keterangan saksi-saksi yang sudah kita ambil, mereka menyatakan para korban ini sudah lama tidak menempati salah satu tempat tinggalnya yang ada di apartemen ini, sudah 2 tahun. Baru hari ini kembali lagi ke apartemen,” kata Kapolsek Metro Penjaringan Kompol Agus Ady Wijaya di Jakarta, Sabtu (9/3/2024). (tim)