Mbah Moen, Ulama Sejuk, Mengayomi, Sederhana

Tapi rupanya tenaga dan pikiran beliau masih dibutuhkan oleh negara sehingga beliau diangkat menjadi anggota MPR RI utusan Jateng selama tiga periode.

Dalam dunia politik beliau tergolong kiai yang adem-ayem.

Di saat NU sedang ramai mendirkan PKB (1998) mbah Moen lebih memilih diam dan istiqomah di PPP, partai dengan gambar Ka’bah.

Pada tahun 1977, KH. Maimun Zubair mengembangkan pesantren dengan mendirikan PP putri Al-Anwar.

Berawal dari sebidang tanah yang dimiliki dan hasil pembelian tanah milik tetangga, beliau termotivasi akan kondisi masyarakat sekitar pada saat itu yang belum rutin mengerjakan sholat 5 waktu serta minimnya kemampuan mereka dalam membaca Al Qur’an. Sebagai langkah awal, lalu dibangunlah sebuah musholla di belakang rumah yang semula berdindingkan anyaman bambu.

Kisah Teladan Beliau

Antara Beliau dan Gus Dur

“Aku ini tidak pernah setuju dengan Gus Dur”, kata Kyai Maimun Zubair.

“Yah… namanya manusia. Tapi aku tidak berani membenci, apalagi memusuhinya. Takut kuwalat!”

Kenyataannya, tidak seratus persen Mbah Maimun berseberangan dengan Gus Dur.

Ketika suatu kali seorang tokoh intelektual datang jauh-jauh dari Jakarta untuk mengajak beliau masuk ICMI, Mbah Maimun menolak.

“Pak Kiyai ini intelektual yang mumpuni lho”, kata si tokoh, “cocok sekali kalau masuk ICMI!.” “Ah, saya cukup Nahdlatul Ulama saja, gabung rombongannya pewaris nabi.” kata mbah Mun “Memangnya di ICMI nggak bisa?” “Kan nggak ada hadits Al-ICMI warotsatul anbiyaa’? Kalau Al-Ulamaa’ ada!” kata mbah Moen.

Selamat Jalan Mbah Moen, guru bangsa kami, ulama sepuh kami, yang telah banyak memberikan ilmunya pada kami…. Al Fatihah…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: