Massa Dibayar untuk Bikin Rusuh, Polisi Temukan Uang Rp 6 Juta

Pada kesempatan itu, Iqbal membantah kabar dan foto yang tersebar di media sosial tentang aparat yang menyerang masjid.

“Brimob tidak pernah menyerang masjid. Banyak foto yang sengaja diskreditkan Polri,” tegasnya.

Massa anak-anak muda ini beringas melempari aparat

Dalam aksi yang melibatkan massa bayaran, polisi menangkap 58 orang yang diduga sebagai pelaku kericuhan dan provokator.

Menurut Moch. Iqbal petugas juga mengamankan satu unit ambulans berisi batu dan sejumlah uang. “Kami juga menemukan beberapa amplop berisi uang,” kata Iqbal.

Beberapa barang bukti yang dikumpulkan, polisi mengamankan satu buah ambulans dengan logo partai. Setelah diperiksa, ambulans itu berisi batu dan alat-alat. Ada juga amplop berisi uang dalam mobil itu. Namun polisi enggan menyebut milik partai apa ambulans itu.

“Ada 1 ambulans ada logo partainya itu penuh dengan batu dan alat-alat. Sudah kami amankan. Ada juga kami geledah massa-massa itu ada amplop dan uangnya, sudah disita, Polda Metro Jaya sedang mendalami,” jelas Iqbal.

Usut punya usut, ambulans itu bernomor polisi B 9686 PCF terparkir di area parkir gedung Resmob Polda Metro Jaya. Di kaca depan ambulans tertempel stiker bertuliskan Gerakan Indonesia Raya ( Gerindra) Kota Tasikmalaya.

Di kaca belakang, terpampang gambar pasangan capres-cawapres nomor urut 02, dan tulisan Adil Makmur bersama Prabowo-Sandi.

Sementara bagian dalam ambulans terlihat berantakan, kabel yang semrawut, karpet berwarna biru, serta jaket hitam.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan pihaknya tengah mendalami apakah dalam kerusuhan itu ada keterlibatan parpol atau tokoh parpol tertentu.

Dedi mengatakan ambulans telah diamankan. Ambulans maupun barang temuan di dalamnya akan dijadikan petunjuk untuk mendalami kerusuhan yang terjadi.

“Tentunya nanti para saksi yang mengetahui tentang skenario itu akan diminta keterangan. Kalau ada keterlibatan partai politik akan didalami terus siapa aktor intelektual di balik itu semua,” jelasnya.

Dedi Prasetyo menuturkan, pihaknya masih mengecek informasi enam korban tewas akibat kerusuhan di Jakarta pada Rabu (22/5/2019) dini hari.

“Masih dicek seputar itu, termasuk penyebab tewas dan identitasnya,” kata Dedi Prasetyo.

Yang pasti, kata Dedi Prasetyo, untuk menghalau massa, polisi hanya menggunakan gas air mata. Aparat pengamanan sama sekali tidak menggunakan peluru tajam untuk menghadapi massa, sesuai instruksi panglima TNI dan kapolri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: