Lumpuh Permanen, Bocah 10 Tahun Tak Tersentuh BPJS

EDITOR.ID, Indramayu – Amelia, bocah usia 10 tahun mengalami kelumpuhan permanen. Kedua kaki dan tangan serta seluruh tubuhnya sama sekali tidak bisa digerakkan. Untuk urusan makan, sang ibu harus mengunyah lebih dulu makanannya sampai halus lalu disuapkan ke dalam mulut Amelia. Jika tidak dibantu, rahang, gigi bahkan lidahnya tak mampu menerima makanan apapun.

Amelia merupakan anak kedua pasangan suami istri, Solehudin (43) dan Castinah (38). Mereka tinggal disebuah rumah petak, berdiri diatas tanggul sungai Desa Cantigi Kulon Kecamatan Cantigi Kabupaten Indramayu. Di dalam rumah semi permanen itu ada warung dan tempat cucian motor, usaha kecil milik keluarga Solehudin untuk menyambung hidup. Usaha itu pun ia bangun dengan susah payah, mengumpulkan uang bertahun-tahun.

Kisah soal Amelia diceritakan Solehudin kepada editor.id saat ditemui di rumahnya, Selasa (3/11). Gangguan fisik yang dialami Amelia diketahui saat masih berusia empat bulan. Baik Solehudin maupun Castinah, curiga karena pada usia itu Amelia sama sekali tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Ia tidak seagresif bayi lain seusianya. Untuk sekadar berguling atau tengkurap, layaknya bayi normal, Amelia sama sekali tidak bisa melakukannya.

Mengetahui ada kelainan fisik pada Amelia, keluarga lalu memeriksakannya ke dokter. Tak jelas apa sebenarnya penyakit Amelia, namun puluhan kali berobat tidak menunjukkan perubahan apapun. Solehudin membawa Amelia hingga ke dokter ahli tulang (ortopedi) dan sesekali ke tukang urut tulang tradisional. Usaha itu dilakoni Solehudin hingga bertahun-tahun. Sampai kemudian keduanya pasrah dengan kondisi fisik Amelia yang tidak normal tersebut. “Untuk berobat ke dokter diluar Indramayu, kami tidak memiliki biaya sama sekali. Bersama istri, saya akhirnya pasrah membiarkan Amelia seperti sekarang ini. Lumpuh dan tak bisa bicara,” ujar Solehudin.

Cacat fisik Amelia sempat didengar oleh pemerintah kabupaten setempat. Bupati Indramayu saat itu (2018), Supendi, memberikan bantuan kursi roda yang disampaikan melalui LSM dan kelompok penggiat sosial. Namun kursi roda bantuan Supendi kondisinya kini sudah tidak bagus lagi. Beberapa bagian rangkanya terlihat berkarat. “Dibantu karena saat itu ada desakan dari teman-teman SLM dan penggiat sosial. Camat Cantigi juga beberapa kali menyempatkan diri melihat kondisi Amelia,” tukas Solehudin.

Dua tahun berlalu, perhatian pemerintah untuk Amelia mengendur. Menurut pengakuan Solehudin, anaknya itu belumm pernah menerima bantuan obat dan vitamin, untuk sekadar mendukung kesehatan Amelia. Yang menyedihkan, keluarga Solehudin bahkan tak tersentuh satu pun perlindungan kesehatan masyarakat dari pemerintah. Kartu Indonesia Sehat (KIS) dari Presiden Joko Widodo, Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) hingga kartu peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, sama sekali tak dimiliki. Malah, sudah tiga bulan kartu BPJS yang telah ia urus pun tak kunjung jadi. “Saya tidak tahu, kartu BPJS katanya belum jadi. Padahal sudah lama, hampir tiga bulan,” ujar Solehudin diamini Castinah, istrinya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: