Ketum PBNU Gus Yahya Paparkan Gagasannya Soal Fiqih Peradaban Dihadapan Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah

Gagasan ilmu dan pengetahuan tentang Fiqih Peradaban tersebut dipaparkan Gus Yahya saat menghadiri Seminar Nasional dengan tema "Prospek dan Tantangan Fiqih Peradaban sebagai Solusi Krisis Tata Dunia Global".

Ketum PBNU Gus Yahya saat menyampaikan gagasannya Tentang fikih peradaban di UIN, Jakarta, Senin (20/3/2023)

Tangerang Selatan, EDITOR.ID,- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf yang akrab disapa Gus Yahya memaparkan gagasannya tentang mengglobalkan Fiqih Peradaban untuk dikenalkan pada dunia. Paparan ini disampaikan Gus Yahya dihadapan para guru besar atau profesor perguruan tinggi, baik Perguruan Tinggi Islam maupun umum.

Gagasan ilmu dan pengetahuan tentang Fiqih Peradaban tersebut dipaparkan Gus Yahya saat menghadiri Seminar Nasional dengan tema “Prospek dan Tantangan Fiqih Peradaban sebagai Solusi Krisis Tata Dunia Global”.

Kegiatan ini diselenggarakan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Senin (27/3/2023).

Seminar ini membahas fikih peradaban dengan menghadirkan sejumlah ahli, mulai dari studi Islam, pemikiran, politik, sampai hubungan internasional.

Dekan Fakultas Studi Islam Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Noorhaidi Hasan menyampaikan bahwa gagasan Gus Yahya mengenai fikih peradaban perlu disambut dengan gegap gempita.

Ia memberikan catatan bahwa gagasan tersebut memang sudah kuat secara epistimologi, tetapi perlu diperkuat lagi dari sisi metodologinya.

“Kalau bisa penekanan lebih jauh secara metodologis menjadi satu model yang akan diperhitungkan di seluruh dunia internasional,” katanya.

Implikasi dari pemikiran Gus Yahya ini, menurutnya, dapat membawa Indonesia sebagai kunci terkait reformasi agama. “Kali ini, NU memasuki abad kedua, akan lahir pemikir besar dari Indonesia. khazanah pemikiran Indonesia akan dikenal luas yang bertumpu pada pemahaman keselarasan Islam dan budaya lokal,” katanya.

“Indonesia akan menjadi kiblat dunia pengkaijian Islam dengan menawarkan pemikiran segar yang kontributif bagi dunia,” pungkasnya.

Gagasan Brilian Gus Yahya Perlu Didukung

Sementara itu, Guru Besar Universitas Pelita Harapan Aleksius Jemadu menyampaikan bahwa memang ada peran organisasi dalam hubungan internasional.

Namun, peran itu hanya sebatas untuk mengamankan kontrol negara atas agama, memperlancar operasi sistem. Jika peran agama mengganggu, negara langsung melabeli negatif atau mengancam stabilitas politik.

Meskipun demikian, ia menegaskan bahwa gagasan Gus Yahya ini perlu didukung. “Bersama dengan NU dan ormas lainnya, kita perlu mendukung gagasan brilian dan strategis dari Gus Yahya untuk masa depan Indonesia dan kemanusiaan universal,” katanya.

Siti Zuhro: Indonesia  Butuh Pemimpin Teladan

Senada, Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Siti Zuhro juga mengapresiasi gagasan Gus Yahya. Menurutnya, hal tersebut sangat brilian dan sejalan dengan amanat konstitusi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: