Ketua Tim Advokasi Tragedi Kanjuruhan Imam Hidayat Sesalkan Penggunaan Kekerasan dan Gas Air Mata

Selain itu Imam Hidayat yang juga Sekjen Peradi ini menyoroti aksi kekerasan oknum keamanan dengan menendang penonton. Kejadian ini terekam dalam video dan viral. Padahal penonton tidak bersalah dan tidak anarkhis.

Malang, EDITOR.ID,- Ketua Tim Advokasi Tragedi Kanjuruhan (Tatak) Imam Hidayat sangat menyesalkan aksi oknum aparat keamanan menembakkan gas air mata ke arah tribun 14 yang saat itu banyak penonton perempuan dan anak-anak. Aksi aparat ini membuat penonton panik berlarian menyelamatkan diri, mengalami sesak nafas dan mata perih.

Selain itu Imam Hidayat yang juga Sekjen Peradi ini menyoroti aksi kekerasan oknum keamanan dengan menendang penonton. Kejadian ini terekam dalam video dan viral. Padahal penonton tidak bersalah dan tidak anarkhis.

“Penonton di Stadion Kanjuruhan Malang bukan penjahat, bukan anarkhis, mereka datang ke stadion membayar untuk menonton klub idolanya Arema FC bermain, jika mereka turun ke lapangan pertandingan sudah selesai, tidak ada masalah sekalian keluar stadion lebih nyaman, tapi kenapa perlakuan aparat keamanan seperti itu,” ujar Imam dalam keterangannya.

Imam menegaskan bahwa tidak ada kekerasan yang dilakukan supporter Aremania. Mereka hanya ingin mendekati pemain idolanya. Tapi supporter kemudian marah karena mereka dihalau dengan cara yang tak manusiawi.

“Kenapa aparat tidak melakukan cara yang lebih santun dan beradab, persuasif, Aremania saya kira supporter yang cerdas tak perlu pakai bahasa pentungan, cukup diajak bicara secara baik-baik saya yakin, mereka nurut, ga perlu pake gas air mata, nggak akan ada kejadian seperti itu,” papar Imam.

Merunut kronologis kejadian tersebut Imam mengatakan tim advokasinya Tatak ke depan akan minta pertanggungjawaban kepada pihak keamanan.

Terkait adanya surat permohonan agar jadwal laga digelar sore dari Kapolres, Imam mengatakan hal itu bukan sebuah masalah.

“Memang ada surat dari Kapolres untuk memajukan jadwal, tapi setelah di LIB tetap mempertahankan pertandingan dilakukan pada malam hari, yakni jam 20.00 WIB tapi mau sore atau malam ga ada hubungannya dengan korban meninggal,,” ujarnya kepada wartawan, Rabu (5/10/2022)

Menurut Imam justru yang harus didalami adalah soal pengamanan yang berlebihan. Oknum aparat melakukan kekerasan dan menembakkan gas air mata.

Dalam kesempatan itu ia juga menegaskan, bahwa dalam tragedi Kanjuruhan tidak ada kerusuhan antar suporter, melainkan kejadiannya adalah bentrokan suporter dengan pihak keamanan.

“Ini tragedi terbesar di dunia kedua setelah 40 tahun yang lalu. Bahkan sampai paus paulus ikut memberikan rasa simpati, dan Presiden FIFA juga ikut melibatkan seluruh negara-negara peserta FIFA untuk mengibarkan bendera setengah tiang,” ucapnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: