JasMerah Bung Karno, Nasionalisme dan Generasi Muda

Dalam kontek Indonesia, nasionalisme kita tercipta bukanlah ‘given’. Nasionalisme kita adalah suatu konstruksi yang dibangun dan dipelihara. Diawali dengan Kebangkitan Nasional (1908) dan Sumpah Pemuda(1928), hingga perjuangan bangsa penuh heroik dalam mencapai kemerdekaan 17 Agustus 1945, adalah salah satu bagian konstruksi terpenting dalam perjalanan nasionalisme Indonesia.

Selama 74 tahun sejak Indonesia merdeka, mozaik tonggak-tonggak sejarah itu menjadi bagian perekat integrasi bangsa.

Sebagai suatu konstruksi, maka nasionalisme harus dijaga, dipelihara, dan dijamin mampu menghadapi perubahan jaman.

Persoalannya, nation sebagai suatu yang “imagined” meminjam istilah Ben Anderson adalah entitas abstrak yang berisikan bayangan-bayangan, cita-cita, dan harapan-harapan bahwasanya nation akan tumbuh makin kuat dan mampu memberikan perlindungan, kenyamanan, dan kesejahteraan hidup.

Selama 74 tahun Indonesia merdeka imajinasi itu hidup dan terpelihara, rakyat terus menggantungkan harapan bahwa suatu waktu kemakmuran, keadilan, dan kesejahteraan itu akan terwujud.

Namun pertanyaan besar adalah seberapa lama dan kuat harapan-harapan itu bertahan? Bagaimanapun harapan-harapan itu ingin disaksikan dalam wujudnya yang nyata oleh warga bangsa.

Apabila nation adalah suatu yang “imagined”, maka nasionalisme adalah suatu ideologi yang menyelimuti imajinasi itu.

Sebagaimana halnya imajinasi itu sendiri, maka nasionalisme pun akan mengalami kemerosotan apabila ada distorsi yang disebabkan oleh faktor-faktor negatif dalam negara-bangsa ini.

Secara internal kita berhadapan dengan fenomena meningkatnya korupsi, konflik-konflik kepentingan partai dan golongan, kesenjangan sosial-ekonomi, ketidakpastian pelaksanaan hukum, jurang generasi, dan banyak lagi; secara eksternal kita menghadapi fenomena global, seperti liberalisasi ekonomi, memudarnya ideologi, dan meningkatnya komunikasi lintas batas negara dan kebudayaan.

Tantangan internal dan eksternal tersebut niscaya mempengaruhi kadar dan muatan nasionalisme kita.

Nasionalisme kita hanya akan dapat dijaga dan dipelihara apabila kita secara mantap dan konsisten berupaya keras untuk meminimalisasi problematika internal diatas, sehingga kita cukup kuat bersaing secara eksternal berkontestasi dengan bangsa-bangsa lain.

Kita harus optimis bisa melakukan itu dan menjadi PR bersama menjaga kadar nasionalisme kita sendiri.

Sebagai bangsa majemuk terbesar, kita tak perlu khawatir akan munculnya riak perpecahan dan disintegrasi, Semua akan bisa dilalui dengan baik.

Kita harus yakini nasionalisme religius kita sebagai “ideologi” mempunyai akar yang kuat, dan JasMerah bung Karno telah mewarisi untuk generasi hari ini dan generasi muda di masa depan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: