Japarin: Impiannya Batam Jadi Pintu Ekspor Indonesia

Kemacetan lalu lintas berdampak keterlambatan pengiriman barang dan pengiriman barang berbiaya tinggi. Hal ini akan membuat ketidakefisieanan pola pengiriman barang.

Dari masalah itulah Syahril Japarin melahirkan sebuah ide besar untuk membuat Tol Laut, yakni menjadikan Kapal Roro besar sebagai pengantar truk pengangkut dari rute di Jawa Timur dan Jawa Tengah ke wilayah Sumatera. Ide dan gagasannya inilah yang di kemudian hari diteruskan generasi penerusnya di PT Pelni

Syahril Japarin juga merupakan salah satu sosok pemimpin di PT Pelni yang kala itu berhasil mengubah layanan kapal penumpang. Yang tadinya banyak calo, preman dan penumpang gelap, oleh Syahril manajemen PT Pelni ia tata kembali. Tidak ada lagi calo dan preman berada di dalam Kapal. Layanan kapal harus bersih dan membuat nyaman penumpang.

Pria kelahiran Padang, Sumatra Barat ini adalah seorang profesional Indonesia. Ia ditunjuk sebagai direktur utama oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara, Dahlan Iskan, untuk membenahi PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni), sebuah badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak di bidang transportasi laut. Ia menggantikan direktur utama sebelumnya, Jussabella Sahea sejak Mei 2013.

Syahril yang merupakan anak ke-7 di antara sembilan bersaudara dari seorang ayah yang bekerja sebagai pegawai Pemerintah Kota (Pemkot) Padang. Ayahnya telah lebih dulu meninggal dunia ketika Syahril masih duduk di kelas 5 SD.

Kematian ayahnya yang terlalu awal membuat kehidupan Syahril kecil menjadi sulit, sehingga keluarganya berjuang keras melanjutkan kehidupan. Beruntung dua orang kakaknya sudah bekerja dan berperan besar dalam membiayai pendidikan Syahril.

Ketika melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi ia harus bekerja sebagai guru dan mengajar ke mana-mana dengan menyewa sebuah motor demi kelangsungan pendidikannya. Dengan perjuangan keras akhirnya Syahril berhasil menyelesaikan pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Setelah menamatkan pendidikan di Institut Teknologi Bandung, Syahril bekerja untuk pertama kali di sebuah perusahaan milik Jepang yang bergerak di bidang konsultan dan kontraktor minyak dan gas. Setelah itu ia bekerja di berbagai perusahaan milik pihak asing lainnya.

Sampai suatu ketika ia ditawari untuk memimpin dan membenahi sebuah PDAM, perusahaan milik daerah di Pontianak, Kalimantan Barat.

Tanpa mengetahui situasi dan kondisi sesungguhnya di perusahaan tersebut ia menerima tawaran itu dan ia diangkat sebagai direktur utama setelah melalui fit and proper test dihadapan semua pemangku kepentingan di perusahaan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: