Harga Beras Diramal Akan Turun Karena Hal ini

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi memastikan harga beras akan berangsur turun saat panen raya tiba. Dia menyebut, saat ini sudah ada sejumlah daerah yang sudah panen meski belum banyak.

Ilustrasi Beras

Jakarta, EDITOR.ID,- Melambungnya harga beras secara gila-gilaan belakangan ini diprediksi tak akan berlangsung lama. Bahkan dalam waktu dekat harga beras justru akan turun. Kenapa? Karena sebentar lagi sejumlah petani di wilayah lumbung pangan akan menggelar panen raya. Diantaranya di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi memastikan harga beras akan berangsur turun saat panen raya tiba. Dia menyebut, saat ini sudah ada sejumlah daerah yang sudah panen meski belum banyak.

“Sudah ada yang mulai panen, di Demak, Ngawai, Sragen, Jawa Timur, Tulungagung, itu sudah mulai panen,” kata Arief sebagaimana dilansir dari detikcom, Sabtu (24/2/2024).

Arief menyebut, saat ini rata-rata harga gabah di level Rp 8.000 sampai Rp 8.500/kg. Di sejumlah tempat yang sudah mulai panen, harga gabah mengalami penurunan ke angka Rp 7.000/kg.

“Ada yang meminta untuk dijaga harga petani karena gabah saat ini sudah ada yang turun Rp 7.000/kg. (Harga mulai turun) insyaallah (panen) Maret itu 3,5 juta ton,” jelas dia.

Sementara kondisi saat ini produksi Januari-Februari 2024 hanya di bawah 1 juta ton setara beras. Sementara kebutuhan 2,5 juta ton, maka antara kebutuhan dan produksi tidak seimbang. Hal ini yang menyebabkan harga tinggi.

Namun demikian Arief menjamin pemerintah masih akan tetap memberikan bantuan untuk masyarakat kalangan bawah. Agar mereka tetap mendapatkan beras, baik dari bantuan pangan 10 kg dan penjualan beras murah melalui stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP).

“Tetapi kan pemerintah tetap membantu, bantuan pangan itu 10 kg per KPM, total 22 juta KPM setiap bulan loh. Sudah dilakukan 7 bulan tahun lalu, dan tahun ini sudah masuk 2 bulan dilakukan. Ini saat produksi nggak ada nih, pemerintah tetap kasih bantuan pangan 10 kg,” jelasnya.

Kemudian, Arief juga mengatakan, kenaikan harga beras bukan hanya terjadi di Indonesia tetapi seluruh dunia. Hal ini disebabkan karena kebutuhan biaya produksi seperti pupuk mengalami peningkatan harga akibat perang antara Rusia dan Ukraina.

Menurut Arief, saat ini saja harga beras di luar negeri sudah sangat tinggi. Ia mengungkap harganya sudah mencapai US$ 670 atau setara Rp 10,4 juta per metrik ton. Sulit menurutnya jika harga beras bisa kembali ke level 3 tahun lalu.

“Terkait harga beras nantinya, variabel cost sudah mengalami kenaikan, mulai dari pupuk, harian orang kerja, BBM, dan unsur produksi lainnya. Ini bukan hanya terjadi di Indonesia. Lihat saja harga beras di luar negeri sudah menyentuh US$ 650-670 per metrik ton. Jadi agak sulit untuk mengatakan harga beras nanti akan turun seperti 2-3 tahun lalu,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: