Gubernur Khofifah Hadiri Harlah Ponpes Mamba’ul Ma’arif ke-107 Denanyar Jombang

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa saat menghadiri Haul Ke 43 KH Bisri Syansuri dan Haul Ke 73 Hj. Nurkhotijah serta Hari Lahir Ke 107 Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang, Selasa (1/2/2022) malam

EDITOR.ID, Jombang,- Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menghadiri Haul Ke 43 KH Bisri Syansuri dan Haul Ke 73 Hj. Nurkhotijah serta Hari Lahir Ke 107 Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang, Selasa (1/2/2022) malam.

Gubernur yang juga menjabat Ketua Umum Muslimat NU hadir bersama Bupati Jombang Mundjidah Wahab serta Bupati Lumajang Thoriqul Haq yang juga alumni, kesemuanya mengikuti acara bersama ribuan santri dan alumni yang digelar di Masjid Jami’ Mamba’ul Ma’arif secara muwajahah dan live streaming,

Dari kalangan dzuriat (keturunan) antara lain DR Abdul Halim Iskandar ( Menteri PDT – Transmigrasi), DR Muhaimin Iskandar (Ketua Umum PKB) dan KH Abdus Salam Shohib (Pengasuh Ponpes Mamba’ul Ma’arif) serta keluarga besar ponpes dari para asatidz hingga santri dan masyarakat sekitar pondok.

Dalam kesempatan itu, KH Abdussalam Shohib membacakan tentang biografi, pengabdian dan perjalanan hidup? KH Bisri Syansuri selama hidupnya yang didedikasikan untuk umat Islam dari Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif yang didirikannya, juga dalam berkhidmat pada Nahdlatul Ulama dari kelahirannya sampai masa pengabdian pasca kemerdekaan, hingga perjuangan politiknya.

KH Bisri Syansuri Tokoh NU ini wafat? tanggal 25 April 1980, pada usia 94 tahun, beliau? Rais Aam PBNU? ketiga setelah Hadratussyekh KH Hasyim Asy?ari dan KH Wahab Chasbullah. Banyak tauladan yang bisa dicontoh mulai membangun cikal bakal pondok pesantren di Desa Denanyar ini,

?Sebagai dakwah amar makruf nahi mungkar pada umumnya, maka awal berdirinya pondok juga tidak lepas dari tantangan untuk mencegah kemaksiatan,? ujar KH Abdussalam Shohib .

Perjalanan khidmat berorganisasi melalui Nahdlatul Ulama (NU), KH Bisri memberikan contoh kepada jammiyah nahdhiyah dan pengurus NU disemua tataran untuk senantiasa taat dalam berorganisasi yang disepakati bersama.

Ketaatan Mbah Bisri ini dicontohkan oleh beliau, pada saat NU masih menjadi partai politik ketika Bung Karno ingin membentuk DPR tanpa pemilu, saat itu Mbah Wahab menyetujui tetapi Mbah Bisri tidak, namun karena itu keputusan organisasi NU maka Mbah Bisri tetap taat keputusan tersebut terbukti putrinya Mbah Bisri disetorkan? namanya untuk mewakili NU” ungkapnya Gus Salam menukik cerita Gus Dur pada saat Haul Mbah Bisri beberapa tahun yang lalu. (Tim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: