FPI Akui Ikut Kepung Asrama Mahasiswa Papua

“Di satu grup (WhatsApp) bendera merah putih dipatah-patahkan dan dibuang di selokan, ini kelihatan kan tiang-tiangnya, saya lihat di grup Aliansi Pecinta NKRI,” kata Muhammad, saat ditemui di lokasi.

Usai melihat foto tersebut, kata Muhammad, massa langsung bergegas menuju Asrama Mahasiswa Papua sekitar pukul 14.00 WIB. Namun setibanya di depan asrama, mereka mendapati bendera tersebut telah kembali terpasang.

Kendati demikian, Muhammad seolah tidak puas.

“Pantaskah bendera kita dibuang di selokan,” tuturnya.

Usai mengetahui hal itu, ia bersama sejumlah elemen masyarakat yang lain pun mendatangi asrama dua lantai tersebut. Suasana ricuh pun sempat terjadi.

Sementara itu, Juri Bicara Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) Dorlince Iyowau, yang saat ini tengah berada di asrama tersebut, membantah bahwa pihaknya melakukan perusakan bendera.

“Pengerusakan bendera itu tidak benar. Tapi opini yang digiring di luar sana itu kalau kami merusak bendera, itu kami tidak tahu menahu,” kata Dorlince.

Mahasiswa Papua ini mengaku bahwa bendera tersebut sempat dilihatnya di depan asrama siang tadi. Namun beberapa saat kemudian bendera itu hilang.

Bahkan hari Jumat kemarin Hingga pukul 21.00 WIB, suasana di depan Asrama Mahasiswa Papua masih mencekam. Puluhan hingga ratusan ormas tetap memadati jalan Kalasan, arus kendaraan pun tersendat.

Massa yang mengepung asrama Mahasiswa Papua digerakkan oleh ajakan di WhatsApp Grup. Entah siapa yang mengawali provokasi melalui media sosial untuk mengajak mengepung asrama mahasiswa. Polisi masih menyelidiki dalang yang menyebarkan informasi soal bendera yang berujung rusuh.

Sementara tim dari TNI saat ini tengah menyelidiki siapa oknum atau pihak provokator yang mengumbar kata “monyet” yang menjadi awal kericuhan di Asrama Mahasiswa Papua (AMP) Kota Surabaya hingga ke Papua Barat.

Hingga saat ini pelakunya masih belum diketahui.

Sebuah video yang beredar menunjukkan beberapa pria berseragam loreng marah-marah di depan asrama disertai maki-makian.

Menerima informasi ini, pihak TNI pun angkat bicara.

Kepala Penerangan Kodam V/Brawijaya Letnan Kolonel Imam Haryadi mengatakan bahwa pria berseragam loreng tersebut belum dapat dipastikan bahwa ia merupakan anggota TNI. Saat ini pihaknya tengah memeriksa sosok lelaki tersebut.

“Saat ini sedang dilaksanakan langkah-langkah pengecekan apakah orang-orang tersebut anggota TNI atau bukan,” jelasnya melalui pesan singkat, Selasa (20/8/2019).

Selain itu, Imam menganggap bahwa sumber teriakan tak etis di video tersebut masih belum jelas. Pasalnya selain pria berbaju loreng juga terdapat beberapa orang lainnya. Sehingga Imam mengelak apabila penyebut kata sensitif tersebut adalah anggota TNI.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: