Hukum  

Ada Mastermind Yang Desain Gaduh Dibalik Isu Abu Janda?

Dr Urbanisasi 2

EDITOR.ID, Jakarta,- Praktisi hukum Dr Urbanisasi mensinyalir adanya kekuatan yang kemungkinan besar membangun frame dan grand desain agar isu ujaran kebencian Permadi Arya atau Abu Janda menjadi ramai dan gaduh. Oleh karena itu, ungkapan Abu Janda dipelintir dan diarahkan kepada ujaran kebencian berbau SARA dan ujungnya penistaan suku dan agama.

Jika hal ini tidak segera dihentikan, maka akan menjadi bola liar yang rawan menjadi pemicu kerawanan stabilitas dan berpotensi menggoyang pemerintahan dengan isu SARA.

“Maka kita harus berhati-hati dalam menyikapi kasus ini, jangan mudah terpancing hasutan pihak tertentu yang ingin memainkan masalah ini agar terus muncul ke permukaan yang nantinya kekhawatiran saya akan diarahkan untuk mendegrasi tokoh di pemerintahan seolah dibalik Abu Janda,” papar Urbanisasi.

Urbanisasi menghimbau kepada semua pihak untuk mewaspadai gerakan yang ingin menggunakan isu Abu Janda sebagai triger mereka membangun opini dan nantinya berujung agenda untuk menggoyahkan stabilitas negara.

Staf Pengajar Universitas Tarumanagara ini mencium adanya konspirasi dari kelompok tertentu yang tidak menyukai pemerintahan saat ini untuk menciptakan suasana menjadi memanas.

“Ini yang saya mohon kepada Bapak Menko Polhukam Bapak Mahfud MD agar jajaran Kemenkopolhukam memantau dan menganalisa gerakan dan tujuan mereka menciptakan suasana gaduh ditengah bangsa ini sedang menghadapi masalah pandemi Covid,” kata Doktor jebolan Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin ini.

Mereka menunggu momen yang tepat untuk terus mencari celah kelemahan pemerintahan dan mencari titik kesalahan terhadap orang-orang yang dianggap pendukung Jokowi.

Dan momen cantik untuk bahan memanaskan suasana sosial dan politik itu akhirnya mereka temukan. Ketika politisi Hanura Ambroncius Nababan tanpa sadar kepleset kata-kata saat mengunggah perdebatan dengan Natalius Pigai soal vaksinasi Covid-19.

Karena suasana perdebatan memanas, Nababan tak mampu mengendalikan diri dan emosi mengolok Natalius Pigai dengan kata Gorilla.

Hal sama dialami Permadi Arya alias Abu Janda. Kelompok yang tak suka dengan Abu Janda sedang mencari celah agar ia akan terpeleset dengan kata-katanya di Medsos. Dan momen yang ditunggu-tunggu benar terjadi.

Abu janda dalam melakukan candaan dan perdebatan di medsos terpeleset, tergelincir dengan bahasa “evolusi” yang multi tafsir atau kata-kata “Islam arogan” yang jika digoreng bahasa itu akan menuju ke arah penistaan agama.

Padahal mungkin niatnya tidak kesana karena tak menemukan bahasa yang pas dia gunakan bahasa yang menyerempet bahaya jika ditafsirkan kelompok tertentu yang sensitif dengan kata-kata berbau agama.

Olokan atau sebutan tertentu tidak menjadi soal jika yang menyampaikan olokan dalam suasana canda, debat sesama teman, atau saling menjaga persaudaraan. Namun menjadi masalah jika hal tersebut diucapkan dalam medsos dan memberikan olokan pada sosok yang sedang bermain politik, Maka urusannya akan panjang.

Olokan yang dalam kehidupan masyarakat sebagai hal yang normal. Jika kita biasanya memanggil teman kita dengan kiasan he si gendut, he si item, atau he buaya tidak akan menjadi masalah jika saling mengenal baik. “Namun jadi masalah jika si pengolok bukan teman dan musuh politik. Maka olokan sederhana ini akan menjadi bencana dan ancaman masuk penjara,” paparnya.

“Karena nyatanya bisa menjadi bahan dan barang bukti untuk dikriminalisasi. Dilaporkan ke polisi,” tambahnya. (tim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: