“Saya mengerti bahwa kasus ini kemudian membuka perselisihan di publik antara yang pro dan kontra. Itu yang membuat kehebohan yang ditafsirkan menjadi keonaran,” ungkapnya.
Remote Rocky Gerung di tangan siapa?
Diketahui bahwa KSP adalah lembaga resmi Negara — secara “legal standing” bisa mewakili Presiden.
Ketika Polisi berdalih bahwa kasus ini adalah delik aduan, hingga relawan yang melaporkan (LP) RG ke Bareskrim, bagi pihak Polisi menerima LP terkesan “gamang” mengusut kasus ini hingga LP sempat ditolak, namun di Polda Metro Jaya justru LP relawan diterima.
Dan pernyataan Moeldoko yang mengatakan bahwa ada pemegang remote? Kegamangan Polisi bisa jadi karena remote itu masih berada pada lingkaran kekuasaan.
Namun, setelah KSP secara tegas dihadapan para awak media mengatakan bahwa RG sudah menyerang Presiden, dan tidak ada alasan lagi untuk tidak membawa kasus ini ke proses hukum lebih lanjut.
Kasus ini seolah-olah RG membawa pesan dari mereka pemegang remote RG — yang disinyalir mereka adalah yang kecewa dengan kebijakan Pemerintahan Jokowi.
Bila dianalisa secara jernih, coba ditelusuri dari langkah-langkah apa yang diperkirakan telah dilakukan oleh Presiden Jokowi akhir-akhir ini — yang dianggap menguntungkan pihak-pihak tertentu dan merugikan pihak-pihak yang lain?
Penghinaan RG terhadap Jokowi hanyalah sasaran antara saja. Dalam ilmu intelijen dan militer, itu yang dinamakan dengan teknik Rekoset (pantulan) peluru. Kemana arah pantulannya, ia adalah sasaran tembak yang sebenarnya. Ia adalah pihak yang dianggap diuntungkan (oleh kebijakan Jokowi), dan di sisi lain telah menjadi dugaan bahwa pihak-pihak yang merugi — patut diduga adalah pemegang remote RG secara otomatis sebagai pelakunya. ***