Perang Rusia-Ukraina, Gus Hans: Perang Hegemonik, NATO dan Amerika Jangan Ikut Campur!

Ketua IA UPNVY KH Zahrul Azhar Asumta

EDITOR.ID, Surabaya,- Eskalasi konflik Rusia-Ukraina mendapat tanggapan dari Ketua Ikatan Alumni UPN Veteran Yogyakarta (IA UPNVY) KH Zahrul Azhar Asumta.

Menurut pria yang akrab dipanggil Gus Hans ini, konflik Rusia-Ukraina tak ubahnya adalah permasalahan yang berkaitan dengan hegemoni NATO dan Rusia.

“Apa yang terjadi dalam peperangan antara Rusia dan Ukraina tidak jauh dari kesepakatan-kesepakatan dan juga permasalahan hegemonik, bukan masalah ideologis. Tentu ini bisa menjadi sebuah energi bagi negara yang memiliki sejarah yang besar, ketika hegemoninya diganggu,” ungkapnya kepada Editor, Jumat (4/3).

Gus Hans mengatakan, konflik antar dua negara juga dipengaruhi dampak dari adanya perang dunia kedua dan perang dingin.

“Kita tahu sisa-sisa perang dunia kedua, dan konflik antara Soviet dan Amerika, hingga mengarah kepada pemetaan politik timur dan barat, ini masih membekas dan kedua belah pihak masih ingin menunjukkan taringnya,” terangnya.

Alumni Hubungam Internasional UPNVY ini mengkritik langkah NATO terhadap rencana pengiriman pasukan untuk menyelesaikan peperangan.

“Karena mengacu kepada pengalaman yang sudah terjadi, keterlibatan NATO dan Amerika Serikat secara khusus cenderung memperparah keadaan. Kita tahu bagaimana mereka menggunakan propaganda untuk meyakinkan kepada publik terkait apa yang dilakukan walaupun faktanya ada kepentingan hal yang lain,” jelasnya.

Menurut Gus Hans, Negara negara besara lain lebih baik memberlakukan embargo ekonomi dan melakukan desakan yang bersifat non-militer. Hal itu dilakukan agar pemerintah kedua negara disibukkan dengan permasalahan ekonomi dalam negeri.

Dengan pendekatan ekonomi, nantinya bisa berpengaruh kepada politik dalam negeri masing-masing. Agar para pimpinan negara tersebut berpikir ulang akan dampak dari peperangan mereka, yakni permasalahan krisis ekonomi di dalam negeri.

Gus Hans turut menyinggung peran Indonesia sebagai Presidensi G20.

Ia menilai, peran Pebagai Presiden G20 menjadi sangat strategis untuk mempengaruhi banyak pihak terkait dengan langkah yang harus dilakukan untuk menghentikan perang.

“Setidaknya mengecam tindakan peperangan terlepas apapun penyebabnya. Karena peperangan konvensional seperti saat ini sudah tidak relevan lagi,” ucapnya.

“Posisi sebagai Presiden G20 yang dipegang oleh Jokowi saya rasa sangat bisa untuk melakukan lobby-lobby dan juga melakukan kesepakatan bersama dalam rangka memberikan sanksi kepadanegara yang terlibat dalam peperangan tersebut,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: