Miris! Terlantar di Garasi, Pasien Covid Ditagih RS Rp 3,2 Juta

ilustrasi

EDITOR.ID, Jakarta,- Nasib sejumlah pasien yang terpapar Corona kian merana. Sudah susah nyari kamar rawat inap, susah nyari oksigen. Kini ditambah lagi ada kasus pasien ditagih pihak Rumah Sakit. Ironisnya, si pasien ini diterlantarkan di garasi Rumah Sakit, namun tetap saja dia ditagih biaya perawatan Covid. Alamakkkk…

Pasien Covid-19, Maia (bukan nama sebenarnya) kesal dengan pelayanan yang diberikan rumah sakit kepada suaminya, di tengah situasi sulit bernapas karena virus corona yang meradang di tubuhnya.

Sesungguhnya dia paham, saat ini sedang masa sulit. Dengan jumlah kasus terkonfirmasi yang terus melonjak, bisa dipahami jika rumah sakit mulai kelabakan menangani pasien.

Namun ia merasa suaminya ditelantarkan dan tidak mendapat pelayanan dengan baik di tengah kondisi buruk. Sementara ia diminta tetap membayar biaya rumah sakit hingga jutaan rupiah.

Cerita Maia mencari rumah sakit dimulai ketika ia dan suaminya terkonfirmasi positif Covid-19 pada Minggu (27/6). Mulanya mereka hanya merasakan gejala berupa demam dan batuk.

Namun kondisi suami Maia semakin menurun seiring berjalannya waktu. Saturasi pernapasan suaminya tercatat di angka 90. Akhirnya ia memutuskan membawa suami ke RSUP Persahabatan, Jakarta Timur.

RS Persahabatan adalah RS khusus yang ditunjuk Kementerian Kesehatan untuk perawatan covid-19 bersama RSPI Sulianti Saroso dan RSUP Fatmawati. Tiga RS ini berstatus sebagai rumah sakit vertikal yang berada langsung di bawah kewenangan Kementerian Kesehatan.

Maia menuturkan, awalnya ia dan suami ditolak pihak RS karena kapasitas penuh. Setelah berupaya membujuk pihak rumah sakit, suaminya diperbolehkan mendaftarkan diri sebagai pasien rawat inap.

Namun suaminya ditempatkan di garasi IGD hanya dengan fasilitas tempat tidur dan oksigen. Menurut pengakuan Maia, rumah sakit tidak memberikan terapi obat maupun infus kepada suaminya.

Karena merasa tidak dilayani, Maia dan suami akhirnya memutuskan pulang ke rumah setelah dua hari dirawat dan mengira kondisi suami sudah membaik.

“Untuk tidur di teras RS yang penuh nyamuk selama dua hari, kami harus bayar Rp3,2 juta. Aku sampai bingung, itu Rp3,2 juta untuk apa? Dilayani enggak, kok bisa dua hari Rp3,2 juta?” keluh Maia dengan jengkel sebagaimana dilansir dari cnn Indonesia, Senin (12/7).

Maia juga menunjukkan foto kuitansi pembayaran berlogo RSUP Persahabatan yang dibubuhi stempel berlogo RS tersebut. Kuitansi itu juga melampirkan rincian biaya maupun nama pencetak dan cap berlogo instalasi gawat darurat.

Dalam kuitansi tertera pembayaran dilakukan untuk membiayai sejumlah tindakan hingga Rp2,2 juta, termasuk pemasangan infus perawat di IGD serta konsultasi dokter Rp189 ribu, thorax Rp115 ribu, masker dewasa Rp19,625, gown atau pakaian isolasi Rp108 ribu per dua item, pemakaian oksigen Rp24 ribu per 4 item, tindakan terapi D-dimer Rp192.000, hingga 21 barang dalam kategori obat.

Padahal Maia mengklaim suaminya hanya mendapat terapi oksigen tanpa pengobatan dan terapi apapun. Ia mengaku tidak sempat mempermasalahkan biaya rumah sakit saat itu karena sibuk memikirkan keadaan suami.

Beberapa hari sesampainya di rumah, kondisi suami Maia pun kembali memburuk karena tidak mendapat penanganan. Saturasi pernapasan suaminya turun hingga 80.

Maia akhirnya memutuskan kembali mencari rumah sakit yang bisa menampung suaminya. Berkali-kali mereka ditolak karena jumlah pasien yang membludak di setiap rumah sakit.

“Kami bingung harus ke rumah sakit mana. Daftar rumah sakit rujukan Covid terdekat di rumah saya kebanyakan full. Ketika ditelepon tidak ada yang mau terima pasien baru,” tuturnya.

Sampai akhirnya Maia mendapati satu tempat tidur kosong di RSKD Duren Sawit. Itupun, suaminya ditangani di instalasi gawat darurat (IGD) yang didirikan di bawah tenda di depan rumah sakit.

Kali ini, suaminya baru diberikan bantuan oksigen, infus, anti-virus, suntikan obat dan terapi obat lainnya untuk menaikkan kondisi imun tubuh. Biaya rumah sakit pun ditanggung BPJS Kesehatan.

Saat dikonfirmasi terpisah, Plt. Direktur Utama RSUP Persahabatan Mohammad Syahril membantah pihaknya memungut biaya kepada pasien.

“Semua pasien Covid mendapat layanan gratis (tidak berbayar). Dan kami tidak ada aturan pasien harus bayar sedikitpun. Informasi pasien harus bayar hingga lebih dari Rp1 juta di luar aturan yang ada,” kata Syahril melalui pesan WhatsApp.

Dia mengakui terjadi lonjakan pasien sejak Juni hingga awal Juli 2021. Jumlah pasien dan tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di RSUP Persahabatan mencapai 95 persen.

“Begitu juga pasien di IGD. Dari 30 kapasitas sudah ditambah menjadi 70. Semua pasien kami layani di dalam gedung IGD. Tidak ada yang dilayani di luar IGD termasuk di garasi,” katanya.

Diketahui, angka kasus Covid-19 masih terus mengalami peningkatan setiap harinya. Hari ini, kasus harian bertambah hingga 40.427 orang yang tersebar di penjuru daerah.

Pemerintah pun sudah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat sejak 3 Juli lalu. Namun hingga kini belum terlihat tanda-tanda kasus Covid-19 melandai. (tim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: