Jejak-Jejak Pancasila di Rumah Pengasingan

Untuk mengembangkan kekuatan dan kemampuan spiritualitas Bung Karno berguru pada beberapa ulama, para leluhur dengan menjalani laku spiritual.

Genealogi sosial-budaya dan ideologis Bung Karno memang sangat beragam. Dia memperoleh kebudayaan Jawa dan mistik dari neneknya. Dari Bapaknya Bung Karno memperoleh theosofisme dan Islam. Dari ibunya dia belajar Hinduisme dan Budhisme. Dari Sarinah dia mendapatkan humanisme. Dari Cokroaminito dia mendapatkan sosialisme dan Islam. Selanjutnya dari pergumulan dengan teman-teman seperjuangan Bung Karno mendapatkan nasionalisme.

Selain itu Bung Karno juga mendalami spiritualitas kepada Sosrokartono, KH. Muhammad Yusuf, ulama dari Betawi, Dato’ Mujib, ulama Betawi keturunan Makasar dan KH. Hasyim Asy’ari. Para ulama ini tidak hanya mengajari Islam pada Bung Karno tetapi juga ilmu-ilmu spiritual. Inilah yang membuat pemahaman keislaman Bungkarno menjadi lebih luas dan substansial.

Di tempat pengasingan di Ende inilah Bung Karno melakukan rekosntruksi dan integrasi antara kekuatan rasional dan spiritual sehingga tercipta butir-butir pemikiran yang kemudian disebut Pancasila. Bisa dikatakan bahwa Ende adalah rahim tempat pembuahan Pancasila terbentuk.

Karena di Ende inilah terjadi pertemuan antara serbuk sari dan putik, antara ovum dan sperma, antara rasionalitas dan spiritualitas. Inilah yang menyebabkan Pancasila tidak bisa dipahami secara rasionala semata, atau spiritual saja. Memahami dan menerapkan Pancasila harus dengan pendekatan rasional dan spiritual.

Saeful Arif menjelaskan fase-fase penggalian Pancasila yang dilakukan oleh Bung Karno.

Fase pertama adalah pertemuan Bung Karno dengan pemikiran sosialisme Islam, ketika “mondok” di Surabaya dan bergumul dengan para aktivis Sarekat Islam pada tahun 1918 dibawah bimbingan HOS Cokroaminoto.

Fase kedua, ketika dia belajar di Bandung tahun 1920-1930. Di sini dia bertemu dengan pemikiran Nasionaliseme, terutama ketika dia berdiskusi dengan tiga serangkai; Douwes Dekker, Ki Hajar Dewantoro dan Tjipto Mangunkusumo.Dari sini Soekarno berpikir bahwa Nasionalisme adalah ideologi yang menyatukan semua ideologi yang ada.

Sejak saat itu dia menjadi pemikir yang ingin menyatukan ketiga ideologi besar dunia; Islamisme, Nasionalisme dan Marxisme. Dari sini benih-benih Pancasila mulai terbentuk. Arif secara tegas menyatakan mencari titik temu berseteruan ketiga ideologi besar inilah yang menjadi latar epistemik Pancasila.

Mengutip Yudi Latief, Arif menyatakan bahwa Pancasila muncul karena terjadinya hubungan saling kawin mawin tiga ideologi besar dunia; Islamisme, Nasionalisme dan Maxisme. Dengan kata lain, Pancasila tidak ada jika tiga ideologi besar dunia itu tidak saling kawin mawin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: