Hujat dan Fitnah Kepada Seseorang Gunakan Atas Nama Allah Termasuk Dosa Besar, Hindari

Sebagai umat muslim yang beriman dan bertakwa, menebar narasi, kata-kata hujatan, hinaan, cercaan, fitnah, menuduh tanpa bukti apalagi kata-katanya "dibumbui" mengatasnamakan Allah yang akan mengadzab dan sebagainya kepada sesama manusia, adalah termasuk dosa besar.

Ilustrasi Orang Marah

Jakarta, EDITOR.ID,- Belakangan ini banyak netizen melalui berbagai media sosial utamanya twitter “X” atau WhatssApp sering menebar narasi menghujat seseorang melakukan kecurangan, bersalah, berdosa, dzolim dan sebagainya. Tak sedikit bahkan menghujat sosok pemimpin dengan kata-kata akan di adzab oleh Allah SWT.

Sebagai umat muslim yang beriman dan bertakwa, menebar narasi, kata-kata hujatan, hinaan, cercaan, fitnah, menuduh tanpa bukti apalagi kata-katanya “dibumbui” mengatasnamakan Allah yang akan mengadzab dan sebagainya kepada sesama manusia, adalah termasuk dosa besar.

Allah SWT adalah Dzat yang Maha Mulia, Maha Penyayang dan Lagi Maha Pengasih. Dalam ibadah Sholat Lima Waktu 17 kali kita ucapkan bahwa Allah Maha Penyayang dan Pengasih, namun masih ada orang tega “memfitnah” Allah SWT dengan “menghakimi” orang lain akan dihukum oleh Allah dengan adzab, dosa besar dan sebagainya.

Padahal orang yang dituduh, difitnah, dicaci maki, dijelekin dan dituduh berdosa tidak melakukan kesalahan sebagaimana diucapkan si penuduh, maka si penuduh akan menerima catatan dosa besar atas ucapan, kata-katanya, narasinya, fitnahannya, opininya sebagai dosa besar,

Oleh sebab itu bersikap dan bertindak jujur dalam berkata dan dalam perbuatan merupakan fondasi akhlaq mulia.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan agar umatnya selalu jujur, dan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan keutamaannya.

Sebaliknya, dusta didalam hatinya hanya dendam kesumat, mengumbar perkataan buruk, suka menghujat, menghina, memfitnah atau perbuatan merupakan perbuataan buruk, bahkan termasuk dosa besar.

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ثَلَاثًا قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ. قَالَ: الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَجَلَسَ وَكَانَ مُتَّكِئًا فَقَالَ أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ قَالَ فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ

“Maukah aku kabarkan kepada kamu sebesar-besarnya dosa besar?” Beliau mengucapkannya tiga kali. Mereka (para sahabat) menjawab, “Ya, wahai Rasulullah”. Beliau bersabda, “Menyekutukan Allah (syirik) dan durhaka kepada kedua orang tua”. Beliau duduk sebelumnya beliau bersandar, lalu beliau bersabda, “Ingat, juga perkataan palsu”, Perawi berkata, “Beliau selalu mengulangi ucapannya, hingga kami berharap beliau diam” (HR Bukhari, no 5918, Muslim no.87, lafazhnya bagi Bukhari)

Menukil artikel dari Ustadz Abu Isma’il Muslim al-Atsari yang dimuat di majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun XVIII/1436H/2014M, Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta menyebut bahwa orang yang menuduh orang lain berbuat jahat padahal tidak, atau membuat kedustaan atau fitnah atas orang lain, merupakan dosa besar yang diancam dengan ancaman mengerikan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: