EDITOR.ID, Kementerian Kesehatan Meksiko menandatangani kesepakatan pembelian 35 juta dosis vaksin Covid-19 buatan perusahaan farmasi asal China, CanSino Biologics.
Menteri Luar Negeri Meksiko Marcelo Ebrard dalam cuitannya Rabu (9/12) malam mengonfirmasi pembelian vaksin tersebut.
Ebrard sebelumnya mengatakan jika Meksiko berharap merampungkan kesepakatan pembelian secara resmi dengan China pada pekan ini.
Selain memesan vaksin Covid-19 dari China, Meksiko diketahui juga membeli vaksin Sputnik V buatan Rusia. Kesepakatan pembelian vaksin Sputnik V antara Rusia dan Meksiko telah dilakukan pada pertengahan Agustus lalu.
Presiden Andreas Manuel Lopez Obrador mengaku siap menjadi orang pertama yang disuntikkan vaksin Sputnik V jika terbukti efektif.
“Saya akan jadi yang pertama mendapatkan vaksin, karena itu amat penting bagi saya, namun kita harus…memastikan bahwa itu efektif dan tersedia bagi semuanya,” kata Lopez Obrador dalam konferensi pers hariannya Agustus lalu.
Pemimpin Meksiko itu menambahkan bahwa ia akan secara personal menghubungi Rusia atau China bila mereka jadi yang pertama mengembangkan sebuah vaksin yang efektif.
“Ini hal yang penting, tidak perlu ada alasan ideologi.. kesehatan adalah yang utama,” katanya.
Data statistik John Hopkins University mencatat hingga saat ini Meksiko melaporkan 1.205.229 kasus dan 111.655 kematian akibat virus corona. Meksiko menjadi negara dengan angka kematian tertinggi keempat di dunia setelah AS, Brasil, dan India.
Selain tengah berjuang melawan penyebaran pandemi virus corona, Kementerian Kesehatan Meksiko bulan lalu juga menyatakan tengah dilanda epidemi influenza. Sekitar 94 rumah sakit pada pertengahan November lalu mengalami lonjakan pasien akibat sindemi.
Sindemi merupakan terjadinya dua atau lebih epidemi atau wabah penyakit secara bersamaan atau berurutan, di tengah populasi di suatu wilayah.
Diakui otoritas setempat bahwa ketersediaan tempat tidur rumah sakit dan ventilator adalah indikator kunci untuk menangani pandemi, meskipun terjadi tingkat kematian yang parah.
Sementara itu, ahli epidemiologi dari Institut Politeknik Nasional, Matiana Ramirez Aguilar, sebagaimana dilansir CNN meyakinkan bahwa saat musim influenza dan suhu rendah semakin dekat, sehingga membuat situasinya lebih kompleks untuk melawan pandemi Covid-19.
Cuaca dingin diperkirakan akan mengaktifkan kembali virus corona. Dengan demikian hal ini akan memberikan lebih banyak tekanan pada rumah sakit dan layanan terapi pernapasan yang kapasitasnya mulai penuh. (Tim)