Jakarta, EDITOR.ID,- Polisi mengklaim gas air mata bukan penyebab banyak suporter Arema FC meninggal di tragedi Kanjuruhan. Dalam pembelaannya, polisi menyebut gas air mata yang digunakan tak bisa mematikan manusia. Polisi juga menyebut ada delapan pintu Stadion yang tidak dibuka saat pertandingan sudah bubar.
Dalam konferensi persnya, Kadiv Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan tidak ada riset ilmiah yang membuktikan fatalitas gas air mata. Kadiv Humas Polri, menuturkan bahwa tidak ada pendapat para ahli yang menyampaikan penggunaan gas air mata bersifat mematikan. Polri juga menjelaskan bahkan penggunaan gas air mata dalam tingkat tinggi juga tidak mematikan.
Justru Dedi mengklaim suporter yang berdesak-desakan di pintu keluar Stadion Kanjuruhan sebagai penyebab terjadinya petaka pada awal Oktober 2022 tersebut.
Namun pembelaan diri polisi ini justru menjadi bulan-bulanan kalangan netizen. Pernyataan polisi justru menjadi perbincangan hangat dan dikecam oleh netizen karena dianggap sebagai upaya “cuci tangan” dan melimpahkan penyebab tragedi Kanjuruhan kepada suporter.
“Cukup ngaku salah, minta maaf, hukum yang bersalah Ga usah mencari pembenaran dan menyalahkan pihak lain.” cuit akun Nina Bobo oh Nina Bobo @kalautidakbobo mentag ke @DivHumas_Polri.
Akun MATA RAKYAT JELATA @AlfianNoro mencuit dan mentag ke @DivHumas_Polri
dengan mengatakan “Kapan sujud??? Jangan terus beragumen Akan menambah sakit hati keluarga Korban,aremania Dan pencita bola.. ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
“Gas air mata mungkin tidak mematikan tapi dalam Tragedi Kanjuruhan gas air mata penyebab matinya 131 jiwa, dan yang menembakan serta memerintah penembakan gas air mata adalah pelakunya ! sebut akun Mith @pasadenasl.
Akun Rizal @rizalandri men tag ke @DivHumas_Polri : “ini kalau dibaca keluarga korban apa enggak menyakitkan?
“Sebaiknya saling koreksi dan memaafkan itu bijak. Gausahlah buang energi saling tuding”
sebut akun luky taryanto @penaputih mentag ke @DivHumas_Polri.
“Tidak mematikan, tapi bisa pemicu kematian. Paling sial adalah sakit yg diderita pasca terkontaminasi teargas tsb. Dimana rasa kemanusiaan kalian?” sebut akun PeRantau™🕌 @SumandoGaek ke @DivHumas_Polri.
Padahal para suporter itu pun menjadi korban tembakan gas air mata. Bahkan saat ini para penyintas tragedi Kanjuruhan belum sepenuhnya pulih akibat paparan gas air mata.
Bahkan kali ini pernyataan polisi kembali dibantah oleh jurnalis media internasional.
Dilihat di akun Twitter editor AFP Fact Check wilayah Asia, Yenni Kwok, ia tampak melampirkan pernyataan dari Asosiasi Paru-paru Amerika.
“Polisi Indonesia: Tidak ada ahli yang menyatakan paparan gas air mata dalam jumlah besar bisa mematikan. Padahal Asosiasi Paru-paru Amerika menyatakan hal sebaliknya,” tulis @yennikwok, dikutip pada Selasa (11/10/2022).