Temu penulis Makassar ini dihadiri lebih 50 penulis. Mereka memberikan testimoni tentang proses kreatif dalam menulis. Seorang penulis lainnya, Prof Hamdar Arraiyah membacakan puisi-puisi karyanya.
Mereka yang hadir antara lain Qasik Mathar, Rusdin Tompo, Dahlan Abu Bakar, Yudisthira Sukatanya, Wanua Tangke, Adi Suryadi Culla, Nur Alim Jalil dan banyak lagi lainnya.
Untaian kata setiap karya puisi Zawawi Imron kerap disampaikan di berbagai acara penting.
Seperti di acara Kongres Kebudayaan Indonesia di Kantor Kementerian Kebudayaan, Jakarta.
Zawawi membacakan puisi tentang persatuan. Dia menganalogikan tindakan untuk saling menjaga kerukunan dengan dubur ayam.
“Telur. Dubur ayam yang mengeluarkan telur, lebih mulia dari mulut intelektual yang hanya menjanjikan telur,” ucap Zawawi lalu disambut tawa dan tepuk tangan para peserta kongres, tak terkecuali Presiden Jokowi.
Dalam sambutannya, Zawawi memang banyak menyampaikan pesan persatuan agar masyarakat Indonesia tak terpecah belah. Ia lantas menceritakan kekaguman mantan rektor Universitas Al Azhar Mahmud Syaltut saat berkunjung ke Indonesia di era kepresidenan Soekarno.
Oleh karena itu, ia mengajak semua pihak agar terus bersatu dan tidak saling menyebarkan ujaran kebencian. Jokowi yang kemudian memberikan sambutan lantas menyinggung kembali keriuhan yang dibawakan Zawawi sebelumnya
Budayawan dan Sastrawan Zawawi Imron mulai terkenal dalam percaturan sastra Indonesia sejak Temu Penyair 10 Kota di Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada tahun 1982.
Bakat kepenyairannya ditemukan oleh Subagio Sastrowardojo.
Sejak tamat Sekolah Rakyat, dia melanjutkan pendidikannya di Pesantren Lambicabbi, Gapura, Semenep Madura.
Kumpulan sajak Zawawi Imron seperti “Bulan Tertusuk Ilallang” mengilhami Sutradara Garin Nugroho untuk membuat film layar perak Bulan Tertusuk Ilallang.
Kumpulan sajaknya “Nenek Moyangku Airmata” terpilih sebagai buku puisi terbaik dengan mendapat hadiah Yayasan Buku Utama pada 1985.
Pada 1990 kumpulan sajak “Celurit Emas” dan “Nenek Moyangku Airmata” terpilih menjadi buku puisi di Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Zawawi Imron menjuarai peringkat pertama sayembara menulis puisi AN-teve dalam rangka hari ulang tahun kemerdekaan RI ke-50 pada 1995.
Beberapa sajaknya telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris, Belanda dan Bulgaria.[2]
Zawawi Imron merupakan Anggota Dewan Pengasuh Pesantren Ilmu Giri (Yogyakarta).
Zawawi Imron banyak berceramah Agama sekaligus membacakan sajaknya, di Yogyakarta, ITS. Surakarta, UNHAS Makasar, IKIP Malang dan Balai Sidang Senayan Jakarta.