Presiden Jokowi Menutup Mata atas Kegagalan Food Estate Pidatonya di COP28 Dubai

Presiden Joko Widodo (Jokowi) seperti terus menutup mata atas kegagalan proyek lumbung pangan atau food estate. Dalam pidatonya di forum Transforming Food Systems in the Face of Climate Change COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab. Presiden Jokowi malah meminta dukungan dana dan teknologi untuk pengembangan food estate, di Kalimantan Tengah (Kalteng)  dengan dalih bahwa sektor pertanian dan perkebunan bisa memproduksi  biofuel seperti biodiesel.

Palangkaraya, EDITOR – Proyek Food Estate seringkali mengubah lahan pertanian masyarakat menjadi lahan proyek negara skala besar. Mata pencaharian dan hak masyarakat pun tergusur.​

Masyarakat yang semula bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di tanahnya sendiri, mau nggak mau harus merelakan lahannya digunakan atas nama Program Strategis Nasional ini.

Hal ini dirasakan oleh para petani yang berasal dari Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Mereka paham tanaman apa saja yang cocok dengan kondisi tanah dan lingkungan di sana. Namun, ambisi proyek ini memaksa untuk menanam komoditas yang tidak sesuai dengan habitatnya dengan penggunaan bahan kimia yang berlebihan.

Pada akhirnya, bahan-bahan ini justru merusak kondisi tanah yang menyebabkan kerugian material.​

Bahkan, Kepala Pusat Cadangan Logistik Strategis Kementerian Pertahanan pun mengakui kalau penanaman singkong di Kabupaten Gunung Mas sempat terkendala. Alasannya karena belum mendapatkan APBN yang menyebabkan perawatan tanaman kurang maksimal, sehingga hasil panen kurang maksimal. ​

Bukti ada 5 lokasi food estate, didatangi presiden dan para menteri.

1. Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, 30.000 hektare, singkong, padi, dll
2. Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) provinsi Sumatera Utara. 1000 hektare, kentang, bawang merah, bawang putih
3. Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur, 5.000 hektare, 3.000 padi dan 2.000 Jagung.
4. Kabupaten Keerom, Papua, 10.000 hektare, jagung
5. Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, Banyuasin, OKU Selatan dan OKU Timur, Sumatera Selatan, 92.000 hektare, padi.

Dari 5 lokasi tersebut, ada yang telah berjalan 2 tahun lebih. Netizen yang secara kebetulan yang tinggal di dekat lokasi food estate memberitahukan dengan berbagi data serta fakta.

1. Apakah lokasi2 ini sudah panen?
2. Berapa produktivitas panennya? Berapa hektare yang sebetulnya sudah bisa dipanen? Bila klaim 30.000 hektare, ternyata 10 hektare yang digarap?
3. Bandingkan dengan biaya proyek yang telah digelontorkan, masuk tidak angkanya? Berapa penduduk yg telah kerja di lokasi-lokasi ini.

Berapa penghasilan mereka. Kemana hasil lahan-lahan ini dijual/didistribusikan? Ratusan ribu hektare lahan pangan itu pasti dahsyat hasilnya bila panen.

Mereka warga masyarakat disekitar lokasi food estate memberikan ‘ilustrasi’ malah kesedihanya. Setiap kali mereka melihat berita-berita soal food estate, yang di posting oleh pemerintah di website mereka, nyaris semua foto-fotonya ‘ilustrasi’. atau foto-foto traktor. Foto-foto presiden bersama pejabat dan Menteri terkait sedang datang berkunjung.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: