Pesantren Walisanga Ende; Menanamkan Toleransi dan Moderasi Sejak Dini

Yang menarik dari pesantren Walisanga Ende ini adalah praktek hidup toleransi dan moderasi beragama. Di pesantren ini, moderasi dan toleransi tidak diajarkan sebagai pengetahuan atau norma-nomra tekstual, tetapi dipraktekkan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan pater yang ikut membantu menjadi tenaga pengajar dan tinggal di pesantren.

Kami sempat bertemu dengan pater Pras, sebut saja namanya begitu, yang sudah bertugas di pesantren Walisanga selama hampir 1,5 tahun. Kepada kami peter Pras menjelaskan bahwa dia berasal dari seminari yang ada di Manggarai. Dia bertugas sejak 13 Juli 2019, menggantikan seniornya yang sudah menyelesaikan masa bakti pengabdian di pesantren ini.

Pesantren Walisanga Ende Menanamkan Toleransi Dan Moderasi Sejak Dini 4
Pesantren Walisanga Ende Menanamkan Toleransi Dan Moderasi Sejak Dini 4

Waktu pertama kali bertugas ke pesantren dia sempat shock, karena sama sekali belum bisa membayangkan situasi pesantren. Apalagi saat itu dunia medsos sangat serem menggambarkan kondisi pesantren.

“Info-info di medsos tentang pesatren yang saya baca di medsos membuat saya semakin shock” demikian dia bercerita pada kami.

“Ini terjadi karena para senior yang pernah bertugas di pesantren tidak memberi informasi apapun kepada kami. Bahkan menunjukan tempat pesantren inipun mereka tdak diperbolehkan. Kami harus cari sendiri dimana pesantren ini berada” kisahnya lebih lanjut.

“Tapi setelah kami berada di pesantren, semua bayangan dan ketakutan itu hilang. Para ustadz, pengasuh dan santri di sini menerima kami secara terbuka dan ramah. Kami diperlakukan secara baik, tak ada sekat apalagi perbedaan, di sini kami sudah seperti saudara” demikian Fater Pras menceritakan pengalamannya.

Di pesantren ini Pater Pras melatih kesenian, terutama musik dan vocal. Selain itu dia juga mengajari berbagai ketrampilan, seperti beternak lele, bertani sapai membatik dan menenun. Berbagai kegiatan ketrampilan ini sangat bermanfaat, tidak hanya meningkatkan soft skill para santri tetapi juga bisa menopang ekonomi pesantren.

Misalnya, selama pandemi Covid-19 yang menurunkan pendapatan pesantren dari donatur, maka hasil beternak lele dan beberapa produk kerajinan pesantren bisa menjadi penopang kebutuhan santri.

Para pater yang bertugas di pesantren Walisanga ini tidak hanya membantu pendidikan untuk peningkatan skill dan pengetahuan para santri, tetapi juga di bidang spiritual dan ritual. Misalnya, para pater ini juga bertugas membangunkan para santri untuk shalat tahajut dan shalat subuh. Menyediakan air wudlu dan kebutuhan ibadah lainnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: