Interaksi Manusia dan Tuhan Dalam Adat Kepercayaan Marapu Sumba

Oleh: Ngatawi Al-Zastrouw

Penulis adalah Seorang Budayawan dan Kepala Makara Art Center Universitas Indonesia

14 19 50 Zastrouw Al Ngatawi
Zastrouw Al Ngatawi

PERBINCANGAN kami, Tim BPIP, dengan tetua adat Marapu di Kampung Tarung semakin lengkap dengan kehadiran Rato Lado Regi Tera. Beliau adalah putra mama Rato yang didaulat menjadi Ketua adat Marapu.

Sebagai Ketua adat dia berhak mengambil keputusan yang terkait dengan adat seperti menentukan waktu upacara, waktu bangun rumah, waktu tanam dan memimpin upacara adat dan ritual kematian.

Sambil duduk santai di beranda rumah adat, Bapa Rato menjelaskan berbagai macam prosedur upacara adat kematian dan perkawinan. Dalam adat Marapu orang yang mati tidak di kubur dalam posisi rebah, tetapi dimasukkana ke dalam lubang batu yang dibentuk seperti sumur dalam posisi duduk dengan kedua kaki menekuk dan kedua tangan merangkul lutut seperti posisi bayi yang ada dalam kandungan.

Mata Air Budaya Adat Marapu 2
Mata Air Budaya Adat Marapu 2

Dilihat dari penjelasan serta benda-benda ritual yang ada, terlihat bahwa kepercayaan Marapu bersumber dari pada zaman megalitik.

Menurut kajian antropologi kepercayaan masyarakat megalitik pada intinya meyakini bahwa roh leluhur yang sudah mati tidak pergi meninggalkan dunia secara total sehingga terputus hubungannya dengan alam dunia.

Orang yang mati hanya berpindah dari kehidupan dunia yang nyata ke alam lain. Upacara penguburan orang yang meninggal diyakini sebagai awal kelahiran nenek moyang di alam lain, oleh karena itu upacara penguburan menjadi momentum penting.

Menurut kepercayaan Marapu yang diajarkan secara turun temurun, para leluhur yang datang pertama kali ke Sumba sangat dihormati keturunanya hingga saat ini. Mereka menjadikan arwah para leluhur merupakan perantara untuk berkomunikasi kepada Tuhan. Mereka memuja arwah leluhur sebagai perantra memuja pada Tuhan.

Hal jelas kitakan oleh Bapa Rato, bahwa masyarakat Marapu adalah masyarakat yang percaya pada Tuhan sebagai Pencipta alam. Karena Tuhan adalah yang maha tinggi, maka manusia yang ada di dunia ini tidak akan mampu menggapai dan berkomunikasi denganNya secara langsung. Oleh karena itu diperlukan perantara, dan arwah para lelhur yang sudah meninggal inilah yang bisa menjadi perantara antara Tuhan dengan manusia yang ada di dunia.

Dalam konsep teologi masyarakat Sumba Tuhan, dikenal dengan istilah Hupu Ina-Hupu Ama (Ibu dan Bapa segala sesuatu). Tuhan dikonsepsikan sebagai kekuatan adikodrati yang berada di tempat jauh di atas. Selain itu juga konsep Marapu, yaitu penghubung antara Tuhan dan manusia.. Konsep Marapu inilah yang membuat kepercayaan adat di Sumba disebut dengan Marapu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: