Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) sebagai tuan rumah, dipuji Doni telah bekerja sangat baik. Ratusan keluarga, yang terdiri atas ibu-ibu rumah tangga, pekerja sosial, pelajar, dan prajurit, sangat tekun mengikuti ruang kelas yang diisi oleh para pemateri dari BNPB dan instansi pendukung, seperti BMKG, Arsip Nasional, dan lain-lain. Peserta juga mendapat “Modul Katanaâ€.
Bukti Sedimen Gempa Berulang
Sabtu keesokan paginya, usai sarapan di tenda, dengan menu masakan lokal yang eksotik rasanya, dimasak di mobil dapur umum BPBA, Doni Monardo mengajak para pejabat BNPB, para Kalak BPBD, media dan sejumlah masyarakat mengunjungi Gua Ek Leunthi di Kecamatan Lhoong, sekitar 3,5 km dari lokasi kemah.
Itulah gua paleotsunami satu-satunya di Indonesia. Saya mendapat informasi, bahwa Teuku Dadek mantan Kalak BPBA yang punya ide menjadikan Gua Ek Leunthi sebagai monumen tsunami sekaligus kawasan tujuan wisata. Dan yang menggembirakan adalah ongkos untuk keperluan tersebut sudah disetujui PLT Gubernur NAD dan langsung dianggarkan Pemda Aceh.
Peran Peneliti Hebat
Kisah Gua Ek Leunthi tak bisa dilepaskan dari ketekunan kalangan akademisi. Tim Peneliti dari Universitas Syah Kuala bersama Nanyang University telah melakukan penelitian di sana, hingga terkuak rahasia besar tsunami Aceh, sejak 7.400 tahun lalu. Garis-garis dan struktur sedimen pasir yang ada di dinding gua, menunjukkan kejadian tsunami demi tsunami yang pernah menerjang Aceh.
“Luar biasa jasa para peneliti. Hasil penelitian mereka di gua ini, kita semua jadi tahu, bahwa tsunami di Aceh adalah peristiwa yang berulang. Ada siklusnya, meski tidak teratur. Ini menjadi temuan besar, terkait dengan kesiapan masyarakat menghadapi tsunami yang hampir bisa dipastikan, bakal terjadi lagi,†ujar Doni di mulut Gua Ek Leunti.
Tak heran jika Doni mengapresiasi kerja para peneliti. “Adalah keliru, jika kita menafikan hasil penelitian para pakar. Mereka adalah orang-orang yang sudah berinvestasi untuk surga, karena lewat penelitiannya, langsung-tak-langsung bisa menyelamatkan nyawa manusia lain,†katanya.
Karenanya, kepada para deputi, para pejabat eselon I dan II BNPB yang menyertainya, Doni berpesan agar dibuatkan acara khusus pemberian anugerah penghargaan kepada para peneliti. Bukan saja peneliti tsunami, tetapi juga peneliti gempa, peneliti merkuri, peneliti banjir, peneliti longsor, peneliti erupsi gunung berapi, peneliti cemara udang, dan peneliti-peneliti lain yang berhubungan dengan mitigasi bencana.
Membuat masyarakat atau keluarga tangguh bencana, tidak melulu melalui gathering, melalui sosialisasi, atau pelatihan evakuasi. Rujukan ilmiah berupa hasil penelitian, juga sangat penting. Hasil kajian para pakar, akan membuat keluarga Indonesia benar-benar tangguh bencana.
Salam Tangguh!!! *