EDITOR.ID, Jakarta,- Tokoh perminyakan nasional Dr Kardaya Warnika, DEA memberi masukan jika Pertamina ingin menggandeng mitra dalam mengelola Blok Rokan Riau, maka carilah perusahaan atau investor yang memahami dan bisa menutupi kekurangan dan kelemahan BUMN ini dalam mengelola blok penghasil minyak terbesar kedua di Indonesia itu.
Pandangan Kardaya ini diungkapkan jelang peralihan pengelolaan Blok Rokan dari PT Chevron Pacific Indonesia ke PT Pertamina Hulu Rokan pada 9 Agustus nanti.
“Sebelum Pertamina memutuskan untuk bekerja sama dengan mitra, Pertamina harus mengkaji dan melihat apakah kekurangan Pertamina selama ini, kekurangan inilah yang harus diisi oleh mitra,” ujar Kardaya Warnika kepada EDITOR.ID melalui sambungan telepon.
Misalnya dalam mengelola Blok Rokan, Pertamina membutuhkan dana investasi yang sangat besar, maka perusahaan partner haruslah dari perusahaan yang memiliki bidang usaha investasi perminyakan. Sebab perusahaan tersebut selain memiliki sumber pendanaan ia juga memahami resikonya.
“Tapi kalau perusahaan mitra nya ga punya dana, maka sama saja, sama-sama punya kelemahan pendanaan, ga jalan akibatnya,” paparnya.
Jika dalam pengelolaan ini Pertamina membutuhkan perusahaan yang punya pengalaman panjang mengelola enhanced oil recovery (EOR). “Maka Pertamina harus mencari mitra yang punya pengalaman soal EOR, jika Pertamina membutuhkan perusahaan yang paham EOR tapi mitranya sebaliknya, maka saya yakin ga akan jalan sesuai harapan,” katanya.
Menurut Anggota Komisi VII DPR RI periode 2014 – 2019, Pertamina harus mengisi kekurangan yang dibutuhkan. “Jika Pertamina membutuhkan penguasaan teknologi EOR, maka mitranya harus perusahaan yang berpengalaman mengelola EOR, kalau kekurangannya dana maka harus mencari mitra yang punya dana,” tegasnya.
Sebab, lanjut Kardaya, jika Pertamina bermitra dengan company yang tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan sebagaimana dibutuhkan BUMN migas ini maka akan menambah kelemahan dan beban pertamina.
“Jadi saran saya Pertamina harus segera menyusun apa yang masih harus dilakukan untuk mewujudkan hasilnya, Pertamina harus memberikan semacam kontrak kinerja dengan yang mengelola dan perusahaan yang memimpin pengelolaan blok Rokan ini,” katanya.
“Jangan sampai tidak jalan, harus dibuat key performance indeks (KPI), kontrak kerja dipegang, target lifting harus cepat-cepat dicari yang mampu, kalau tidak maka nasibnya akan seperti Blok Siak, ketika diambil alih pengelolaannya produksi justru turun sampai sepertiga,” katanya.
Kardaya juga memberikan masukan agar dalam pengelolaan Blok Rokan, targetnya bisa didasarkan KPI nya. “Dan KPInya harus dievaluasi, outnya berapa tiap enam bulan berapa, harus cepat-cepat dievaluasi agar tidak gagal,” kata eks Kepala BPMIGAS ini.
“Yang dilihat bukan alasannya tapi realitas performancenya misalnya pasang target 100 ya harus 100 kalau 100 tapi outputnya tiba-tiba 80 ya harus segera direview,” paparnya.
“Ibu Nicke (Dirut Pertamina Nicke Widyawati,red) harus kasih KPI yang ketat dan terus dievaluasi,” imbuhnya.
Karena sumur-sumur yang ada di Blok Rokan merupakan sumur tua. Untuk itu, penerapan EOR sangat diperlukan untuk meningkatkan produksi di Blok Rokan.
Metode enhanced oil recovery ditargetkan bisa diimplementasikan untuk meningkatkan laju produksi di sumur-sumur tersebut. (tim)