EDITOR.ID – Nganjuk, Peringatan Hari Perempuan Internasional pada Hari Minggu (7/3/21) oleh Institut dan Rampak Sarinah dikonsep penuh muatan lokal. Festival Seni Tradisional oleh para anggota organisasi tersebut mengangkat tema “Pancasila Bintang Penuntun Mencapai Kesetaraan Genderâ€.
Soft Launching Buku“Sarinah dan Puisi†karya Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Surabaya juga menjadi bagian acara peringatan. Ada 12 pembaca puisi dari berbagai daerah di Indonesia dan 1 satu dari Whasington DC, yaitu wartawan Voice of America, Eva Mazrieva.
Dalam sambutannya, Direktur Institut Sarinah Eva K Sundari menyambut gembira atas berbagai kegiatan pemberdayaan oleh Rampak Sarinah di berbagai bidang yaitu ekonomi, sosial politik, dan budaya yang merupakan amanat Trisakti.
“Kita rayakan hari ini dengan gembira tanpa kehilangan kewaspadaan karena situasi kesetaraan jender penuh tekanan akibat serangan pandemi covid 19,†kata Eva Sundari.
Acara dimulai oleh paduan suara dari Rampak Sarinah Mojo Kediri yang menyanyikan Mars Rampak Sarinah. Para anggota dari Tulungagung kemudian mempersembahkan Tari Gambyong Mari Kangen.
Pembacaan puisi dilakukan secara berseling oleh para ketua Rampak Sarinah Kota Blitar (Amiek Suseno), Gondokusuman DiY (Emy Liana), Sulsel (Asmaeny Azis) dan beberapa tamu sahabat Institut Sarinah antara lain Ulia (GMNI Surabaya), Dian Fatwa (Politisi PAN), Venny Aryani (akademisi UI), 4 anggota Jala PRT (Suwartini, Fadilah, Rofiah, Eny) serta 3 (tiga) alumni GMNI yang merupakan male-feminis yaitu Prof Haryono (Waka BPIP/Badan Pembinaan Ideologi Pancasila), Chrisman Hadi (Ketua DKS/Dewan Kesenian Surabaya) serta Aji Barata (seniman Purwakarta).
Eva K.Sundari, dalam kuliahnya bertopik “Tiada Kesetaraan Jender Tanpa Dukungan Anggaran†mengingatkan perlunya Rampak Sarinah mengintervensi proses anggaran terutama di APBDesa agar responsif terhadap penyempitan kesenjangan gender.
“Mengapa APBN, APBD maupun APBDes bias laki-laki? Karena kita tidak aktif memperjuangkannya. Mari aktif di musrenbang-musrenbang dari desa hingga nasional,†seru Eva mengingatkan.
Acara yang dipimpin MC Dia Puspita ditutup dengan ajakan agar para perempuan tidak menggunakan filosofi lilin yang mengorbankan dirinya.
“Mari berjuang untuk kesetaraan Gender dengan bahagia karena keduanya adalah hak para Sarinah, perempuan nasionalis Indonesia,†kata Dia Puspita menutup keseluruhan acara. (Tim)