PKS saat ini mendapatkan kursi paling banyak di DPRD Jakarta dalam gelaran Pileg 2024 sebanyak 18 kursi. Hanya saja jumlah kursi itu masih kurang sehingga mesti berkoalisi dengan partai lain.
“Mungkin saja PKS melakukan koalisi dengan partai-partai yang sebelumnya tergabung dalam Koalisi Perubahan di Pilpres 2024.” ujar Whima.
Meski demikian, tak semua parpol rekan Anies di Pilpres 2024 langsung mengikuti langkah PKS. Penyebabnya karena PKS lebih dulu ‘mengunci’ duet Anies Baswedan dan pimpinan majelis syuro mereka, Sohibul Iman.
Partai NasDem masih ‘mengintip’ peluang bergabung mengusung bakal pasangan tersebut, pun demikian dengan DPP PKB.
Meski pengurus tingkat Jakarta sudah mengusulkan Anies Baswedan, Wasekjen PKB Syaiful Huda mengatakan dukungan partainya untuk mengusung Anies Baswedan di Pilgub Jakarta belum final. Usai manuver PKS, Huda bahkan menyebut duet Anies-Sohibul Iman ini berbahaya karena dapat menutup pintu partai lain untuk bekerja sama.
“Kebetulan di desk Pilkada DPP sendiri itu masih ada 2 nama yang terus kami simulasikan, ada Mas Anies, ada Mba Ida Fauziyah Menaker sekarang, yang kebetulan lolos juga dari Dapil DKI Jakarta. Jadi memang kami masih dalam proses itu,” kata Huda kepada wartawan di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (26/6).
Huda menyebut Anies dan Ida sendiri belum menjalani uji kepatutan dan kelayakan (UKK). Pihaknya akan melakukan UKK kepada dua tokoh tersebut berbarengan.
Poros Ketiga
Selanjutnya, poros ketiga dibentuk oleh PDIP. Sebagai partai peringkat kedua di Pileg DPRD Jakarta dengan jumlah kursi sebanyak 15 kursi, PDIP berkemungkinan mengupayakan mencalonkan kandidatnya sendiri untuk maju di Pilkada Jakarta.
Terkait, PDIP akan membentuk poros ketiga, CEO Lembaga Survei Proximity Indonesia Whima Edy Nugroho memprediksi nama yang paling kuat saat ini tetap Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, walaupun muncul nama-nama yang lain.
“Jadi nantinya mungkin PDIP akan menggandeng beberapa partai lain, kalau dulu dia bisa mencalonkan sendiri saat ini kan dia enggak bisa mencalonkan sendiri harus berkoalisi,” terangnya.
Whima melanjutkan, menurut analisisnya, PDIP bisa jadi melakukan koalisi dengan partai di Koalisi Perubahan, seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) atau Partai NasDem.
“Mungkin ada kemungkinan PDIP bergabung dengan PKB dengan mengusung Ahok dan Ida Fauziyah atau Ahok dengan kader PKB lainnya misalnya. Atau mungkin ditambah lagi dengan PPP ke Perindo yang selama ini sudah bergabung di non pemerintah atau koalisi di luar koalisi indonesia maju,” tuturnya.