Ulama muda kharismatik ini sudah mengunggah video Habib Ahmad bin Jindan soal membolehkan umat masuk tempat ibadah agama lain.
Habib Ahmad bin Jindan mengatakan, ada salah satu khalifah yang pernah masuk ke tempat ibadah agama lain tetapi menolak ketika disuruh salat di tempat itu.
Ustaz Yusuf Mansyur ternyata juga meminta pandangan Kiai Nadirsyah untuk bantu menjelaskan dari sisi perspektif fiqih dan memberi tanggapan atas komentar Ustaz Abdul Somad.
Kabar permintaan Ustaz Yusuf Mansur itu disampaikan oleh Nadirsyah Hosen yang juga pengasuh Ponpes Ma’had Aly Raudhatul Muhibbin, Caringin Bogor, Jawa Barat.
“Sahabat dan guru saya, Ustaz Yusuf Mansur meminta saya menjelaskan bagaimana hukumnya seorang Muslim memasuki gereja. Belakangan ini ada tokoh yang mengatakan, ‘murtad bagi Muslim yang masuk gereja,’” demikian Nadirsyah Hosen dalam akun twitternya.
Nadirsyah Hosen mengatakan, “Ada lagi yang mengatakan, ‘haram menurut mazhab Syafi’i’. Bagaimana status hukumnya yang sebenarnya? Ada baiknya penjelasan ini saya tuliskan dan bagikan untuk yang lain.”
“Kita ngaji kitab fiqh yuk…gak usah emosi atau nuduh murtad, liberal, sesat. Kita niatkan utk ngaji saja,” kata dia menambahkan.
KH Nadirsyah Hosen kemudian membuat artikel soal hukum seorang muslim yang masuk ke tempat ibadah umat lainnya dalam website pribadinya https://nadirhosen.net/
Berikut artikel Nadirsyah Hosen yang juga Guru Besar Law School Monash University, Australia :
Bolehkah Muslim Masuk ke Gereja? Jangan Emosi, Kita Ngaji Kitab Fiqh Yuk!
Sahabat dan guru saya, Ustaz Yusuf Mansur meminta saya menjelaskan bagaimana hukumnya seorang Muslim memasuki gereja.
Belakangan ini ada tokoh yang mengatakan, “murtad bagi Muslim yang masuk gereja.†Ada lagi yang mengatakan, “haram menurut mazhab Syafi’iâ€.
Bagaimana status hukumnya yang sebenarnya? Ada baiknya penjelasan ini saya tuliskan dan bagikan untuk yang lain.
Sebenarnya tidak ada larangan dalam nash al-Qur’an dan Hadits yang secara tegas melarang Muslim masuk gereja atau rumah ibadah lain.
Karena itu, perkara ini masuk ke wilayah interpretasi, atau penafsiran para ulama. Itulah sebabnya para ulama berbeda pandangan mengenai status hukumnya.
Saya kutip keterangan dari kitab Mausu’ah Fiqh Kuwait. Kitab ini ensiklopedia persoalan fiqh dari berbagai mazhab. Begini penjelasannya:
‎يَرَى الْØÙŽÙ†ÙŽÙÙيَّة٠أَنَّه٠يÙكْرَه٠لÙلْمÙسْلÙم٠دÙØ®Ùول الْبÙيعَة٠وَالْكَنÙيسَةÙØŒ لأَÙنَّه٠مَجْمَع٠الشَّيَاطÙينÙØŒ لاَ Ù…Ùنْ Øَيْث٠إÙنَّه٠لَيْسَ Ù„ÙŽÙ‡Ù ØÙŽÙ‚ÙÙ‘ الدÙّخÙول. وَذَهَبَ بَعْض٠الشَّاÙÙعÙيَّة٠ÙÙÙŠ رَأْي٠إÙÙ„ÙŽÙ‰ أَنَّه٠لاَ يَجÙوز٠لÙلْمÙسْلÙم٠دÙØ®ÙولÙهَا
‎إÙلاَّ بÙØ¥ÙذْنÙÙ‡Ùمْ، وَذَهَبَ الْبَعْض٠الآْخَر٠ÙÙÙŠ رَأْي٠آخَرَ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ أَنَّه٠لاَ ÙŠÙŽØْرÙم٠دÙØ®ÙولÙهَا بÙغَيْر٠إÙذْنÙÙ‡Ùمْ. وَذَهَبَ الْØَنَابÙلَة٠إÙÙ„ÙŽÙ‰ Ø£ÙŽÙ†ÙŽÙ‘ Ù„ÙلْمÙسْلÙم٠دÙØ®Ùول بÙيعَة٠وَكَنÙيسَة٠وَنَØْوÙÙ‡Ùمَا وَالصَّلاَةَ ÙÙÙŠ Ø°ÙŽÙ„ÙÙƒÙŽØŒ وَعَنْ Ø£ÙŽØْمَدَ ÙŠÙكْرَه٠إÙنْ كَانَ Ø«ÙŽÙ…ÙŽÙ‘ صÙورَةٌ، ÙˆÙŽÙ‚Ùيل Ù…Ùطْلَقًا، ذَكَرَ Ø°ÙŽÙ„ÙÙƒÙŽ ÙÙÙŠ الرÙّعَايَةÙØŒ وَقَال ÙÙÙŠ الْمÙسْتَوْعÙبÙ: وَتَصÙØÙÙ‘ صَلاَة٠الْÙَرْض٠ÙÙÙŠ الْكَنَائÙس٠وَالْبÙيَع٠مَعَ الْكَرَاهَةÙØŒ وَقَال ابْن٠تَمÙيمÙ. لاَ بَأْسَ بÙدÙØ®Ùول الْبÙيَع٠وَالْكَنَائÙس٠الَّتÙÙŠ لاَ صÙوَرَ ÙÙيهَا، وَالصَّلاَة٠ÙÙيهَا. وَقَال ابْن٠عَقÙيلÙ: ÙŠÙكْرَه٠كَالَّتÙÙŠ ÙÙيهَا صÙوَرٌ، ÙˆÙŽØÙŽÙƒÙŽÙ‰ ÙÙÙŠ الْكَرَاهَة٠رÙوَايَتَيْنÙ. وَقَال ÙÙÙŠ الشَّرْØÙ. لاَ بَأْسَ بÙالصَّلاَة٠ÙÙÙŠ الْكَنÙيسَة٠النَّظÙÙŠÙَة٠رÙÙˆÙÙŠÙŽ Ø°ÙŽÙ„ÙÙƒÙŽ عَن٠ابْن٠عÙمَرَ وَأَبÙÙŠ Ù…Ùوسَى ÙˆÙŽØَكَاه٠عَنْ جَمَاعَةÙØŒ وَكَرÙÙ‡ÙŽ ابْن٠عَبَّاس٠وَمَالÙÙƒÙŒ الصَّلاَةَ ÙÙÙŠ الْكَنَائÙس٠لأَÙجْل الصÙّوَرÙØŒ
Dari penjelasan di atas, paling tidak ada 4 perbedaan pendapat ulama.